Sekolah Ekspatriat Tertua di Bahrain Dinilai ‘Gold Standard’, Fasilitas hingga Sistem Belajarnya Mencengangkan!

inNalar.com – Bermula dari tempat belajar para ekspatriat Bahrain, sekolah ini hanya memiliki 39 murid pada tahun 1961.

Sekolah tertua di Bahrain ini berhasil mengembangkan sistem pendidikannya mengiringi perkembangan zaman.

Terbukti, sekolah ekspatriat ini meraih predikat ‘Gold Standard’ dari berbagai lembaga asesmen. Namanya adalah St Christopher’s School Bahrain.

Baca Juga: Inilah 5 Pondok Pesantren Terbaik di Sulawesi Selatan, Salah Satunya Berjuluk Pesantren 3 Dimensi

Lembaga pendidikan ini menerapkan sistem pembelajaran tatap muka non-asrama bagi siswa yang usianya mulai dari 3 hingga 18 tahun.

Siapa sangka, hingga kini tercatat ada 2.325 murid yang belajar di institusi pendidikan tersebut.

Sekadar informasi, lembaga pendidikan ini secara rutin dipantau kualitasnya oleh beberapa asesor standar pendidikan.

Baca Juga: Dinamisnya Pondok Pesantren Tertua di Sulawesi Selatan: Eksis Sejak 1930 hingga Sempat ‘Bergeser’ Karena Ini

“St Christoper’s School Bahrain, kami terus menunjukkan komitmen terhadap pendidikan berstandar internasional dengan menjalani inspeksi rutin yang diselenggarakan oleh Penta International, asesor untuk British Schools di seluruh dunia (BSO) yang terakreditasi Pemerintah Inggris, dan Otoritas Penjaminan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan Bahrain (BQA),” dikutip inNalar.com dari situs resmi sekolah tersebut.

Lantas apa keunggulan sekolah ekspatriat ini bertahan hingga era kini dengan kualitas yang dinamis di mata para asessor pendidikan?

Tempat belajar yang satu ini menerapkan 5 kurikulum sekaligus meliputi A-Level, IGCSE, BTEC, BCP, dan BDP.

Baca Juga: Tak Hanya di Jawa Timur, Inilah 2 Pondok Pesantren Afiliasi Gontor Terbaik di Balikpapan Kalimantan Timur

Penggunaan kurikulum tersebut membuat sekolah eskpatriat Bahrain ini melakukan pendekatan yang lebih compact dan saling melengkapi.

IGCSE dirancang bagi siswa berusia 14 – 16 tahun yang tengah mempersiapkan fondasi kuat untuk mempersiapkan A-Level dan IB.

A-Level sendiri diketahui sangat penting bagi siswa sekolah eskpatriat Bahrain ini, karena menjadi kebutuhan utama siswa untuk lanjut ke universitas top dunia, terutama di Eropa.

Baca Juga: Jumlah Santri Capai 50 Ribu, 5 Pondok Pesantren Ini Disebut yang Terbesar di Jawa Timur, Ada Punyamu?

Sementara Business and Technology Education Council (BTEC) lebih diorientasikan pada pembelajaran praktikal.

Bahrain Curriculum Programme (BCP) digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa agar tetap menyerap nilai dan budaya ke-Arab-an.

Adapun kurikulum kelima adalah International Baccalaureate Diploma Programme (BDP) yang dirancang untuk mengasah critcal thinking para siswanya. Lalu bagaimana dengan keunggulan St Christopher’s School dari segi fasilitas pendidikannya?

Baca Juga: Geliat Astra Urun Bangun IKN, 12 Sekolah Negeri Kalimantan Timur Bakal ‘Disulap’ Jadi Pionir Pendidikan Unggul

Perlu diketahui, biaya sekolah yang berkisar $9.000 hingga $22.000 atau dalam konversi rupiah per dollar Rp16.045, bisa dipahami modal yang dibutuhkan berkisar Rp144 hingga Rp352 juta.

Dengan modal yang sebegitu fantastisnya, tidak heran jika fasilitas sekolah dibuat terstandar dan tidak asal.

Mulai dari ruangan full AC di setiap sudutnya, lapangan sepak bola siswa dengan rumput buatan berstandar FIFA.

Tidak terlewat pula fasilitas olahraga salah satunya seperti kolam renang indoor semuanya pun tersedia di lembaga pendidikan ini.

Fasilitas yang berpadu dengan sistem pembelajaran terbaik di dunia ini mendukung para siswa St Christopher’s School Bahrain untuk bisa mengeksplorasi minat akademik dan non-akademik mereka.

Mulai dari pengalaman yang disajikan melalui kegiatan ekstrakurikuler, olahraga, event seni, acara sosial, hingga traveling ke banyak negara.

Sebagai informasi tambahan, sekolah ekspatriat Bahrain ini memiliki rekam jejak alumni yang cukup gemilang.

Melansir dari Spear’s, 20 persen dari siswa yang mendaftar ke Oxford dan Cambridge University berhasil diterima.

Sementara para siswa yang mendaftar ke Ivy League, sekitar 40 persen di antaranya pun berhasil diterima.***

Rekomendasi