

inNalar.com – Globalisasi tidak hanya berhasil membuat tiap negara saling menerima pengaruh satu sama lain, namun juga turut melatarbelakangi munculnya Hallyu atau Korean Wave di negara-negara Asia.
Semenjak akhir tahun 1990-an, Korea Selatan muncul sebagai pusat produksi budaya populer transnasional baru. Korea Selatan mengekspor produk media ke negara-negara Asia termasuk Jepang, Cina, Taiwan, Hong Kong Singapura dan juga Indonesia.
Alasan utama dibalik “menjualnya” Hallyu di pasar Asia adalah karena ia membawa genre baru tayangan drama yang dikemas secara modern dan trendi, namun tetap dibumbui dengan nilai-nilai khas Asia seperti Konfusianisme.
Hallyu mampu menembus lingkaran kedekatan budaya Asia (cultural proximity). Bagi masyarakat Asia, sajian K-Drama juga dipandang lebih realistis mengangkat tentang kehidupan.
Selain itu, kemajuan modernisasi dan industrialisasi di Korea yang kerap menjadi latar belakang dari tayangan-tayangan drama Korea menjadi daya tarik tersendiri.
Mengacu pada analisis Kim Youna dalam bukunya, mengapa Hallyu terutama produk K-Drama nya bisa diterima masyarakat?.
Alasan pertama karena alur ceritanya terlihat lebih emosional serta menggambarkan sisi romantisme.
Kedua, umumnya menceritakan tentang keluarga kelas menengah dalam strata sosial.
Baca Juga: Hoshi Seventeen Dikabarkan Positif Covid 19 Setelah Vernon Dinyatakan Pulih
Ketiga, latar belakang cerita didominasi dengan gambaran kehidupan modern dan kehidupan tradisional. Hal seperti ini dapat dilihat dalam beberapa drama seperti; Princess Hours, The King Two Hearts dan lain-lain.
Keempat, kandungan unsur sejarah dan nilai moral yang ada dalamnya. Ciri khas dari K-Drama adalah masih mengandung nilai moral seperti ajaran Konfusius.
Sebagian besar drama mengandung nilai moral yang ingin disampaikan kepada para penonton. Contohnya; drama Korea yang berjudul The Birth of A Family yang menceritakan tentang ikatan keluarga dan nilai-nilai kebaikan.
Baca Juga: Kim Young Ok Menjadi Pemeran Utama Setelah 65 Tahun Berkarir di Dunia Perfilman
Kelima, luasnya penyebaran Hallyu dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal pendukung, diantaranya kebijakan kebudayaan yang ditetapkan oleh pemerintah, kerjasama dengan pihak swasta / konglomerat (chaebol), serta kuatnya strategi penyebaran melalui media massa.
Keberhasilan Hallyu tidak dapat dilepaskan dari peran pemerintah Korea Selatan dalam mendukung dan mempromosikan industri kreatif di negaranya.
Awalnya, pada periode 1962-1992, pemerintah melakukan kontrol ketat perkembangan produksi dan distribusi produk-produk kebudayaan di negara tersebut. Kontrol ini bertujuan untuk mendukung kebijakan pembangunan nasional dan menghindari dominasi kebudayaan asing masuk ke Korea Selatan.***