Rusia Cabut dari Blok Tuna, Pengelola Pengganti Ladang Migas Senilai Rp45,4 Triliun di Natuna Dikebut April 2024, Ini Alasannya

inNalar.com – Perusahaan migas asal Rusia, Zarubezhneft adalah pengelola operator ladang migas di Blok Tuna, Laut Natuna Utara.

Imbas konflik geopolitik yang kian memanas, SKK Migas tengah mencari perusahaan migas baru yang dapat menggantikan peran Zarubezhneft.

Selain perusahaan migas Rusia, Blok Tuna juga dikelola oleh perusahaan Inggris, Harbour Energy.

Baca Juga: Serap Investasi Rp23,4 Triliun, Jalan Tol Binjai – Langsa di Sumatera Utara Telah Beroperasi Usai Catatkan Nihil Kecelakaan Saat Uji Laik, Seksi Apa?

Sementara Zarubezhneft diketahui mengisi porsi 50 persen hak partisipan di ladang migas RI tersebut.

Sebagaimana diketahui Eropa menegaskan perusahaan mereka untuk tidak bertransaksi dan bermitra dengan Rusia imbas memanasnya perang Rusia – Ukraina.

Dengan hengkangnya Zarubezhneft dari pengelolaan ladang migas di Laut Natuna, urusan divestasi aset pun segera diurus oleh pemerintah.

Baca Juga: Batal Jadi PSN, SPAM Senilai Rp2 Triliun di Jawa Barat Ini Dikhususkan untuk Memenuhi Kebutuhan Air di 5 Daerah

Pasalnya gas yang ada di Blok Tuna diketahui telah memiliki calon pembeli dari Vietnam.

Sejauh ini proses pembukaan data room untuk ladang migas potensial ini masih berlangsung.

Adapun telah ada 14 perusahaan yang telah menyampaikan ketertarikan mereka untuk menggantikan posisi perusahaan Rusia tersebut.

Baca Juga: LMAN Danai Rp24,08 Triliun, Alokasi Pembebasan Lahan Proyek Jalan Tol Binjai-Langsa di Sumatera Utara Ternyata Sedot Biaya Jumbo, Berapa?

Untuk memastikan keseriusan dari para calon pengganti operator blok migas ini, pemerintah menetapkan Maret 2024 sebagai batas akhir kepastiannya.

Dengan begitu April 2024 dapat segera diputuskan siapa pengganti operator Blok Tuna di Laut Natuna.

Sebagai informasi, Blok Tuna ini diperkirakan menyerap biaya investasi sebesar USD 3,07 miliar atau Rp45,4 triliun.

Baca Juga: Taiwan Rela Investasi Rp30 Triliun, Pariwisata Kawasan Ekonomi Khusus di Maluku Utara Sepi Pengunjung

Lebih merincinya, investasi tersebut melingkupi proyek pengembangan yang diprediksi memakan biaya USD 1,05 miliar.

Kemudian biaya operasinya sebesar USD 2,02 miliar dan biaya Abandonment and Site Restoration (SAR) diestimasikan pila mencapai USD 147,59 juta.

Melansir dari Migas ESDM, sempat ditemukan cadangan migas di Blok Tuna. Namun pihaknya perlu memperhitungkan keekonomiannya lebih lanjut.

Baca Juga: Kapasitas Produksi 4.000 Ton Bijih, Pabrik Emas Kedua PT Bumi Resources Minerals (BRMS) di Palu Sulawesi Tengah Roketkan Capaian Laba Bersih

Pasalnya temuan cadangan yang tidak terlalu besar dengan jarak akses yang cukup jauh perlu adanya investasi pengembangan lebih lanjut.

Sejauh ini total produksi migas di Kepulauan Natuna, terkait gas 4890,3 MMSCFD.

Sementara produksi minyak dan kondensat mencapai 25.113 BOPD. Adapun cadangan terbukti ada 4 TSCF simpanan gas serta minyak kondensat sebesar 201,401 MMSTB.***

Rekomendasi