

inNalar.com – Salah satu hal yang hanya bisa di temukan di Indonesia adalah keberadaan proyek bendungan bawah tanah pertama di dunia.
Ini menandakan Bendungan Bribin juga layak disebut sebagai waduk paling unik di dunia. Pasalnya, proyeknya terletak di kedalaman 100 meter di bawah permukaan tanah Desa Sindon, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Peresmian dari Bendungan Bawah Tanah Bribin ini terjadi pada tahun 2008. Hal ini menjadi bukti nyata kemampuan Indonesia dalam mengatasi tantangan geografis yang kompleks.
Baca Juga: Sudah Ada 10 Tahun, Tapi Mega Proyek Kota Baru di Lampung Ini Cuma Dipasangi Lampu Jalan?
Proyek pembangunan infrastruktur ini memakan anggaran sebesar Rp38 miliar, dan merupakan hasil kerja sama Indonesia dengan negara Jerman.
Prof. Dr. Franz-Erich Henze, peneliti senior dari Universitas Karlsruhe, Jerman, yang menjadi salah satu perancang utama proyek ini menganggap bahwa ini adalah hal yang bisa mengubah paradigma pembangunan dunia.
Menurutnya, bendungan paling unik di dunia ini membuktikan bahwa solusi inovatif dapat ditemukan bahkan dalam kondisi geografis yang paling menantang.
Baca Juga: Nyempil di Ujung Tebing, Desa Paling Berbahaya di China Ini Terletak di Ketinggian 1.700 Meter
Landasan awal pembangunan fasilitas ini adalah sebagai jawaban atas permasalahan krisis air yang telah membelenggu wilayah Gunungkidul selama bertahun-tahun.
Yang disebabkan oleh kawasan batuan gamping yang mendominasi wilayah ini, hingga menyebabkan air permukaan sulit ditemukan.
Keunikan Bendungan ini terletak pada teknologi yang diterapkan pada operasionalnya yang berbeda dari bendungan lain.
Proyek infrastruktur ini menggunakan sistem mikrohidro tanpa bahan bakar yang memanfaatkan aliran sungai bawah tanah.
Yang merupakan teknologi ramah lingkungan karena tidak mengonsumsi bahan bakar fossil sehingga tidak memiliki residu apa pun.
Dalam aspek pemeliharaan, Bendungan bawah tanah ini dilengkapi dengan sistem monitoring canggih yang memungkinkan pemantauan kondisi bendungan secara real-time.
Sehingga setiap perubahan kondisi dapat segera dideteksi melalui sensor-sensor yang terhubung dengan pusat kontrol, lalu dapat ditindaklanjuti.
Adapun sistem barrage yang dapat mengumpulkan dan memompa air secara efisien di terapkan pada salah satu proyek kebanggaan Indonesia yang juga hasil dari kerja sama dengan Jerman ini.
Dengan air rata-rata 80 liter per detik, bendungan ini mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi lebih dari 75.000 penduduk di 27 desa di Kabupaten Gunungkidul.
Baca Juga: Selain Tandon Air Minum IKN, Bendungan Rp 836 Miliar di Kalimantan Timur Bakal Buka Potensi Cuan Ini
Dengan adanya fasilitas distribusi air ini membuat para warga yang sebelumnya harus berjalan jauh bisa merasa lebih dimudahkan.
Tentunya pembangunan salah satu mahakarya infrastruktur ini bukanlah sesuatu yang tanpa memiliki tantangan.
Tim konstruksi harus menghadapi berbagai kendala teknis, mulai dari medan yang sulit dijangkau hingga risiko runtuhnya struktur bawah tanah.
Sehingga para pekerja harus sangat berhati-hati dalam setiap tahap pembangunan untuk memastikan keamanan dan kestabilan struktur kawasan proyek tersebut.
Pada tahun 2010, Bendungan Bribin mendapatkan penghargaan internasional dari International Hydropower Association.
Hal tersebut dikarenakan keberadaan proyek ini telah berkontribusi dalam pengembangan teknologi hidropower yang berkelanjutan.
Yang tentu saja penghargaan ini semakin mengukuhkan posisi Indonesia dalam peta inovasi teknologi dunia.****