

inNalar.com – Museum memiliki tantangan tersendiri dalam hal perawatan. Terbaru, tempat wisata bersejarah di Yogyakarta ini menghabiskan Rp50 miliar untuk biaya revitalisasi.
Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta, yang dikenal sebagai salah satu warisan sejarah penting Indonesia, baru saja menyelesaikan revitalisasi besar-besaran dengan total biaya mencapai Rp50 miliar.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan pengalaman pengunjung dengan menghadirkan teknologi digital melalui proyeksi digital dan augmented reality dan fasilitas modern.
Objek wisata bersejarah yang berada di jantung kota Yogyakarta ini memiliki sejarah panjang yang berawal pada masa kolonial Belanda.
Benteng vredenburg mulai dibangun pada tahun 1760 dan selesai pada 1787 dibawah Gubernur Johannes Sioberg.
Setelah kemerdekaan Indonesia, benteng ini sempat jadi tempat penyimpanan peralatan tempur dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Selain Tandon Air Minum IKN, Bendungan Rp 836 Miliar di Kalimantan Timur Bakal Buka Potensi Cuan Ini
Barulah pada 1949 setelah pasukan Belanda mundur, benteng dikelola oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia).
Alih fungsi Benteng Vredenburg terjadi pada tahun 1992 saat Mendikbud Prof. Dr. Fuad Hasan mengeluarkan Surat Keterangan (SK).
Salah satu perubahan signifikan adalah pengenalan diorama digital yang memungkinkan pengunjung untuk merasakan pengalaman interaktif melalui tayangan video edukatif dan tampilan visual lainnya yang menggambarkan perjalanan sejarah Indonesia
Selain itu, ruang-ruang pameran yang ada juga diubah untuk lebih nyaman dan mudah diakses oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas.
Tempat wisata bersejarah ini kini dilengkapi dengan taman terbuka yang dinamakan Taman Patriot dan area edupark, yang memungkinkan pengunjung menikmati udara segar sambil belajar.
Tak hanya itu, ada juga ruang untuk bermain anak yang menjadikan museum ini lebih ramah keluarga.
Demi menunjang kebutuhan pengunjung yang datang lebih lama, fasilitas seperti co-working space dan kafe juga ditambahkan guna menciptakan suasana yang nyaman bagi wisatawan yang ingin bersantai sembari menikmati pemandangan sekitar.
Dalam upaya menjadikan Museum Benteng Vredeburg sebagai destinasi wisata malam, berbagai pertunjukan baru juga diperkenalkan, seperti air mancur menari.
Dengan tambahan fasilitas ini, pengunjung kini bisa menikmati museum tidak hanya pada siang hari, tetapi juga pada malam hari dengan sensasi yang berbeda.
Revitalisasi ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pelestarian sejarah Indonesia.
Untuk menjamin aksesibilitas bagi berbagai kalangan, museum juga menyediakan tarif khusus dan bahkan tiket gratis untuk kelompok tertentu seperti penyandang disabilitas, yatim piatu, dan masyarakat kurang mampu.
Dengan anggaran yang cukup besar, revitalisasi ini bertujuan untuk membawa Museum Benteng Vredeburg ke era yang lebih modern tanpa menghilangkan esensi historisnya.
Kini, museum ini tidak hanya menjadi tempat untuk belajar tentang sejarah, tetapi juga menjadi destinasi wisata yang menyenangkan bagi semua kalangan.***(Muhammad Arif)