

InNalar.com – Terdapat banyak smelter Indonesia yang terwujud dari upaya melakukan kerja sama dengan China.
Salah satu yang menarik diulas adalah pabrik pemurnian bauksit yang menghasilkan alumina atau alumunium di Kalimantan Barat.
Tepatnya, pabrik pemurnian tersebut berada di Dusun Sungai Tengar, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.
Meski bekerja sama dengan China, pabrik pemurnian ini sebenarnya juga merupakan tempat pengolahan bauksit pertama di Indonesia.
Pasalnya, selama ini Indonesia selalu mengekspor barang mentah dari hasil mineral yang telah ditambang di kekayaan bumi Nusantara.
Karena adanya pabrik pengolahan bauksit ini, maka Indonesia mampu mengolah hasil mineral mentah tersebut, sebelum akan dilakukan ekspor.
Dilansir InNalar.com dari laman ESDM, pembangunan tempat pengolahan ini pun juga telah dilakukan sejak Juli 2013.
Sedangkan dalam membangun tempat pengolahan mineral di kabupaten Ketapang ini, investasi yang dikeluarkan yaitu sebanyak USD1,15 miliar.
Jumlah tersebut jika di rupiahkan kurang lebih akan sebesar Rp14 triliun.
Adapun yang mengelola tempat pengolahan bauksit pertama di Indonesia ini adalah PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WAW AR).
Akan tetapi, perusahaan tersebut merupakan joint venture antara Harita Group dengan Hongqiao Group Ltd yang merupakan perusahaan asal China.
Sementara itu, kepemilikan dari saham smelter alumina ini yaitu dimiliki 30% oleh PT Cita Mineral Investindo Tbk (Harita Group), dan China Hongqiao Group Ltd. sebesar 56%.
Sedangkan sisanya dimiliki 9% oleh Winning Investment (Hongkong) Company Ltd, Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co. Ltd sebesar 5%.
Berdasarkan target, smelter alumina ini memiliki kemampuan produksi hingga 2 juta ton per tahun.
Jumlah ini tentu cukup banyak, karena kebutuhan alumina dalam negeri diperkirakan hanya sebanyak 500 ribu ton per tahun.
Jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, maka hasilan smelter alumina di Ketapang Kalimantan Barat ini akan diekspor ke luar negeri. ***