

InNalar.com – China kini memiliki pabrik pemurnian atau smelter alumina yang berada di provinsi Kepulauan Riau.
Pabrik pemurnian tersebut berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang di Pulau Bintan.
Dilansir InNalar.com dari Pemprov Kepri, KEK Galang Batang di kepulauan Riau sebenarnya juga dikembangkan sebagai sentra industri pengolahan mineral hasil tambang beserta dengan produk turunannya.
Bahkan investasi yang akan diberikan perusahaan China untuk membangun pabrik pemurnian ini terbilang cukup fantastis.
Karena perusahaan asal negeri tirai bambu tersebut akan menggelontorkan anggaran sebanyak USD6 miliar.
Jika dikonversikan ke mata uang Indonesia, jumlah tersebut sekitar Rp89 triliun.
Sedangkan perusahaan China yang dimaksud adalah Shandong Nanshan Aluminium.
Sekedar informasi, Shandong Nanshan merupakan salah satu perusahaan dari China yang melakukan investasi multi-miliar dolar ke Asia Tenggara terutama di pemrosesan logam dan penyulingan minyak.
Maka tak heran jika Shandong Nanshan dapat menginvestasikan anggaran sebanyak itu untuk membangun smelter alumina di Indonesia.
Menggunakan anggaran Rp89 triliun, nantinya pabrik pemurnian ini memiliki kapasitas 250.000 ton per tahun.
Adapun pembangunan dari pabrik pemurnian di pulau Bintan ini sebenarnya baru dikerjakan pada akhir tahun 2023, dan ditargetkan akan rampung pada tahun 2028.
Bahkan, sebenarnya Nanshan juga telah memiliki rencana untuk memiliki smelter alumina pada tahun 2028 dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.
Tidak berhenti disitu, bahkan perusahaan asal China ini juga menargetkan agar dapat memproduksi ingot aluminium kelas atas yang ditujukan untuk industri pesawat terbang dan kendaraan listrik.
Perlu diketahui, alumina atau alumunium sebenarnya merupakan hasil yang pemurnian dari Bauksit.
Sementara itu, bauksit yang diperolah perusahaan asal China ini yaitu berasal dari pulau Kalimantan. ***