

inNalar.com – Sumatera Selatan adalah provinsi yang terletak di selatan Pulau Sumatera, Indonesia. Kaya akan warisan budaya dan tradisi yang unik.
Sumatera Selatan adalah rumah bagi berbagai suku dan masyarakat, termasuk suku Palembang, Ogan, Komering dan Ranau, yang semuanya berkontribusi terhadap kekayaan budaya dan tradisi yang unik.
Tradisi merupakan suatu hal yang telah lahir sejak dulu dan diturunkan atau di wariskan secara turun menurun di Sumatera Selatan.
Baca Juga: Asal Muasal Bandung Dijuluki Kota Paris Van Java, Apakah Memang Mirip dengan Paris? Ini Sejarahnya
Tradisi terbentuk akibat interaksi sosial yang ada ditengah-tengah Masyarakat, dan juga terdapat dalam budaya sert anilai-nilai yang berkembang di Masyarakat
Di Indonesia sendiri Tradisi merupakan suatu kekayaan yang dimilki, dikarenakan oleh banyaknya suku, adat, kepercayaan hinggabudaya yang beragam, menjadikan setiap daerah di Indonesia memilki Tradisinya sendiri.
Salah satu tradisi yang ada di Indonesisa terdapat di Sumatera Selatan, berikut beberapa keunikan Sumatera Selatan yang patut diketahui:
Tradisi pranikah yang dilakukan warga Lubuklinggau adalah Mandi Kasai. Ritual mandi Kasaï melibatkan memandikan kedua mempelai di sungai di hadapan teman dan kerabat mereka.
Tradisi ini mempunyai dua makna pokok, yang pertama adalah kedua mempelai akan meninggalkan masa mudanya dan memasuki kehidupan berumah tangga.
yang kedua, Kasai Swim, dikatakan memiliki kekuatan untuk memurnikan pikiran dan tubuh calon pasangan.
Tradisi Mandi Kasai inilah yang kemudian menjadi inspirasi tari kreasi zaman Bupati Lubuklinggau yang dikenal dengan tari Gadis Bujang.
Salah satu tradisi pernikahan berbeda yang terdapat di kalangan masyarakat Ogan Sumatera Selatan adalah Pengadangan.
Pengadangan merupakan perayaan khas yang dilakukan sebelum pelaksanaan akad nikah. Caranya adalah dengan tidak membiarkan pengantin pria memakai syal yang panjang.
Untuk penyerahan selendang, calon pengantin pria dan rombongan harus mengakomodasi berbagai kebutuhan calon pengantin wanita.
Lebih dari sekedar bentuk penghormatan, pakaian tersebut juga bertujuan untuk mempererat hubungan persahabatan antara dua keluarga yang akan bersatu dalam pernikahan.
Suku Lintang milik Bupati Empat Lawang di Sumatera Selatan mempunyai tradisi pengabul keinginan unik yang dikenal dengan nama Sedekah Serabi.
Saat melakukan tradisi ini, prosesnya mirip dengan kenduri yang diisi dengan doa. Masyarakat menyebutnya Sedekah Serabi.
Karena acara kenduri atau sedekah ini fokus pada pancake sebagai hidangan utama, dengan lauk pauk seperti pisang goreng, kerupuk ubi merah, perkedel, jeli dan kecepol (sejenis roti goreng) dan kadang gonjing.
Sedekah Serabi konon sudah ada sejak nenek moyang suku Lintang, jauh sebelum Islam menyebar dan menjadi mayoritas pada masa Kabupaten Empat Lawang.
Tradisi Rumpa-Rumpak melibatkan penggunaan alat musik yang disebut Terbangan. Bay merupakan salah satu jenis alat musik perkusi yang mempunyai dua jenis perkusi, yaitu “pak” (terbuka) dan “bing” (tertutup).
Penerbangan ini dimainkan dengan ritme yang berbeda-beda antara lain pukulan pipa, kincat (garis lintang), pukulan jos, dan pukulan yahom.
Irama Terbang ini mengiringi pantun memuji Nabi Muhammad SAW. Biasanya yang menjadi pemain terbang adalah generasi muda sub komunitas Kuto Batu Palembang, serta generasi tua yang terlibat dalam pertunjukan tradisi Rumpak-Rumpak.
Tradisi ini diawali dengan pertimbangan menjelang perayaan Hari Raya 1 Syawal dan Idul Adha, untuk menjamin kelancaran acara. Acara ini dilaksanakan setelah jam salat berjamaah.
Dalam budaya Ogan, mengukus berarti memasak bersama, dimana sekelompok ibu-ibu yang berbahagia berkumpul untuk membantu tuan rumah menyiapkan makanan untuk keluarga besar dan tamu yang akan hadir menghadiri acara amal atau resepsi.
Menariknya, meski kini layanan makan sudah meluas, budaya memasak bersama Nguku masih menjadi pengikat antara tuan rumah dan perempuan di sekitar rumah.
Sebenarnya sudah ada aturan yang disepakati bersama bahwa setiap ibu menjalankan tugasnya dengan terampil, dimulai dari ibu yang mengurus pembelian dan pengiriman bahan baku, ibu yang mengolah bahan baku menjadi siap pakai.
Bahan-bahan yang akan dimakan, diberikan kepada ibu-ibu yang bertugas menyajikan masakan di hadapan para tamu.
Ningkuk merupakan perayaan prewedding yang unik dan tetap menjadi bagian penting dari budaya khususnya di wilayah Bupati Ogan Komering Ulu.
Berbeda dengan Pengadangan yang terdiri dari berbagai pihak, acara Ningkuk dihadiri oleh para pemuda dan pemudi yang merupakan teman dekat atau kerabat dari kedua mempelai yang hendak menikah. Tradisi ini dilakukan sebelum dimulainya pernikahan.
Saat lagu berhenti, maka pemuda dan pemudi yang terakhir menerima sarung akan mendapat hukuman dari kedua mempelai.
Hukuman ini bisa berupa menyanyi, menari, membacakan pantun atau di bagian akhir, si laki-laki diperbolehkan mengutarakan perasaannya kepada gadis yang diinginkannya dan hadir dalam upacara tersebut.
Salah satu warisan budaya takbenda Indonesia, Ngobeng merupakan sistem penyajian makanan pada acara adat seperti pernikahan, khitanan dan syukuran.
Tradisi Ngobeng sudah ada sejak masa kerajaan Palembang Darussalam. Hal ini merupakan tradisi Islam
Sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW tentang makan bersama dengan menyilangkan kaki dan menggunakan tangan secara langsung.
Ngobeng mewakili tradisi berharga Kesultanan Palembang Darussalam yang memiliki nilai filosofis penting.
Namun saat ini tradisi tersebut telah terkikis oleh pengaruh budaya asing. Oleh karena itu, banyak warga Palembang khususnya generasi muda yang merasa kurang mengenal tradisi ini.
Ngobeng mencerminkan bagian penting dalam kehidupan sosial masyarakat Palembang, dimana tradisi ini sering dilakukan pada saat sedekah (kenduri), pernikahan dan acara lainnya.
Ada sederet tradisi unik yang tercatat di setiap masyarakat suku Ogan tanpa memandang wilayah dalam kaitannya dengan perkawinan.
Beberapa di antaranya menyerupai Hajat di dalamnya. Hajat mengacu pada pencapaian suatu peristiwa, sedangkan introversi mengacu pada pria dewasa, pria yang sudah menikah, atau bahkan ayah.
Hajat Batin artinya mempertemukan rombongan laki-laki atau laki-laki dewasa untuk menunjang kelancaran acara yang dituju pemiliknya. Kegiatan ini diawali dengan bapak/ibu dewasa yang mendirikan tenda bersama.
Hajat Batin adalah perayaan yang diselenggarakan oleh masyarakat sebelum menikah. Ini merupakan ajang bagi para laki-laki di desa, khususnya laki-laki, untuk mengikuti berbagai kegiatan persiapan upacara pernikahan.
Menurut tradisi palembang, apabila ada yang berkelahi dan menyebabkan lawannya berdarah, maka akan dipaksa untuk melakukan Bedak Perdamaian atau Ritual Perdamaian.
Melalui ritual ini, segala perasaan negatif seperti marah, dendam, dan sakit hati yang muncul pada diri orang yang berkonflik akan berkurang atau hilang.
Jika upacara adonan biasa tidak dirayakan, orang tersebut dapat terus terlibat dalam konflik sepanjang hidup.
Dengan kata lain, dia terobsesi untuk selalu menimbulkan konflik. Oleh karena itu, para orang tua yang anaknya bertengkar segera merayakan tepung putih untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali di kemudian hari.
Sumatera Selatan adalah rumah bagi banyak budaya dan tradisi yang berbeda, menciptakan keragaman yang luar biasa.
Tradisi-tradisi tersebut tidak hanya mewakili sejarah dan warisan nenek moyang, namun juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Sumatera Selatan.***