

inNalar.com – Presiden Vladimir Putin kembali meningkatkan ketegangan Timur-Barat dengan memerintahkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada Minggu (27/02/22). Sementara Ukraina setuju untuk berbicara dengan Moskow, ketika konvoi militer Rusia mendekati ibu kota mereka, Kiev.
Mengutip “pernyataan agresif” dari NATO dan sanksi keuangan yang keras, Putin mengeluarkan arahan untuk meningkatkan kesiapan senjata nuklir Rusia. Ini menjadikan semakin meningkatnya kekhawatiran dari berbagai pihak akan terjadinya perang nuklir, dalam invasi Rusia ke Ukraina.
“(Putin) berpotensi memainkan kekuatan yang -jika ada salah perhitungan- dapat membuat segalanya jauh lebih berbahaya,” kata seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat, yang tak mau disebutkan identitasnya.
Arahan Putin tersebut muncul saat pasukan Rusia menghadapi perlawanan kuat dari pihak Ukraina. Terlepas dari meluasnya invasi Rusia di berbagai wilayah di Ukraina, para pejabat AS mengatakan bahwa mereka yakin jika invasi itu akan lebih sulit dan lebih lambat, daripada yang dibayangkan Kremlin, meskipun itu bisa berubah.
Di tengah ketegangan yang meningkat, negara-negara Barat mengatakan mereka akan memperketat sanksi dan akan membeli serta mengirimkan senjata ke Ukraina. Ini termasuk rudal Stinger untuk menembak jatuh helikopter dan pesawat lainnya.
Sementara itu, dari Kantor Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengumumkan rencana pertemuan dengan delegasi Rusia di lokasi yang tidak belum ditentukan di perbatasan Belarusia.
Baca Juga: Vaksinasi Covid 19 Sukses Capai Target Ini, Menkes: Lebaran Normal Seperti Sebelum Pandemi
Belum jelas kapan pertemuan itu akan berlangsung. Pihak Barat sendiri percaya bahwa Putin ingin menggulingkan pemerintah Ukraina, dan menggantinya dengan rezimnya sendiri, serta akan menghidupkan kembali pengaruh era Perang Dingin Moskow.
Pada Minggu malam (27/02/22) waktu setempat, pasukan Rusia telah merebut Berdyansk, sebuah kota berpenduduk 100.000 jiwa, di pantai Laut Azov, menurut Oleksiy Arestovich, seorang penasihat kantor Kepresidenan Ukraina.
Pasukan Rusia juga bergerak maju menuju Kherson, kota di selatan Ukraina. Sementara Mariupol, kota pelabuhan di Laut Azov yang dianggap sebagai target utama Rusia, mampu bertahan dari serangan militer Rusia.
Dengan pergerakan armada militer Rusia yang mendekat ke Kiev, walikota Kiev menyatakan keraguannya bahwa warga sipil dapat dievakuasi. Pihak berwenang telah memberikan senjata kepada siapapun yang ingin mempertahankan kota. Ukraina juga membebaskan tahanan dengan pengalaman militer yang ingin berperang, dan melatih orang-orang untuk membuat bom molotov.
Di Mariupol, di mana Ukraina berusaha untuk menangkis serangan Rusia, tim medis di sebuah rumah sakit, mati-matian mencoba untuk menyelamatkan nyawa seorang gadis 6 tahun yang terluka parah dalam serangan militer Rusia di kota tersebut.
Selama upaya penyelamatan, seorang dokter memompa oksigen ke gadis itu, sembari menatap langsung ke kamera video Associated Press yang menangkap adegan itu. “Tunjukkan ini pada Putin,” kata dokter tersebut dengan nada marah. “Mata anak ini, dan dokter yang menangis.” Upaya resusitasi mereka pun berakhir gagal. Dan gadis tersebut terbaring mati di atas brankar dengan jaketnya yang berlumur darah.***