

inNalar.com – Bali yang terkenal dengan pesona alam dan budayanya, akan segera memiliki fasilitas transportasi baru yang siap mengubah wajah pariwisata di Pulau Dewata.
Pasalnya, pemerintah telah meresmikan peletakan batu pertama, pembangunan kereta bawah tanah pertama di Bali dengan investasi mencapai Rp167 triliun.
Kereta bawah tanah ini bertujuan untuk menghubungkan area wisata utama seperti Bandara Internasional Ngurah Rai, Kuta, Seminyak, hingga Cemagi.
Tentunya, dalam rangka memudahkan wisatawan dan masyarakat lokal menikmati perjalanan yang lebih cepat, nyaman, dan bebas macet.
Lantas, bagaimana proses proyek ini berjalan, dan apa manfaatnya untuk Bali selain menghindari kemacetan? yuk, simak selengkapnya di sini!
Peletakan Batu Pertama LRT Bali
Baca Juga: Terowongan Bawah Laut Jerman Tembus ke Denmark! Tekor Biaya 7 Miliar Euro Tapi Proyek Tuai Kritik
Dilansir dari berbagai sumber, rencana pembangunan LRT bawah tanah di Bali telah melalui berbagai studi kelayakan.
Dengan kedalaman mencapai 30 meter, konstruksi LRT ini akan sengaja dirancang dengan standar keamanan tertinggi.
Pada 4 September 2024, PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ), perusahaan pelaksana proyek, menggelar upacara ngeruak di Sentral Parkir Kuta sebagai tanda dimulainya pembangunan.
Prosesi sakral ini diiringi oleh doa dari tokoh agama Bali untuk memohon kelancaran pembangunan proyek yang akan membawa perubahan signifikan di Bali.
Skema Investasi dan Tahapan Pembangunan
Sebagai proyek transportasi publik terbesar di Bali, investasi untuk pembangunan ini terbilang luar biasa besar yaitu mencapai Rp167 triliun.
Berdasarkan penjelasan dari Direktur Utama PT SBDJ, Ari Ashara, proyek ini dibagi dalam empat fase dengan target penyelesaian fase pertama pada akhir 2028.
Fase utama tersebut meliputi jalur strategis antara Bandara Ngurah Rai dan beberapa destinasi populer seperti Kuta, Seminyak, dan Cemagi.
Fase ini diperkirakan memakan biaya hingga USD10,8 miliar atau setara Rp167 triliun, dengan dua fase pertama selesai di tahun 2031.
Untuk lebih detailnya, pembangunan kereta bawah tanah di Bali ini mencakup empat fase, yaitu sebagai berikut.
1. Fase 1: Bandara Ngurah Rai – Kuta Sentral Parkir – Seminyak – Berawa – Cemagi (16 km).
2. Fase 2: Bandara Ngurah Rai – Universitas Udayana – Nusa Dua (13,5 km).
3. Fase 3: Kuta Sentral Parkir – Sesetan – Renon – Sanur (studi kelayakan).
4. Fase 4: Renon – Sukawati – Ubud (studi kelayakan)
LRT Menggunakan Teknologi Modern dan Vendor Ternama
Proyek LRT bawah tanah Bali tidak hanya melibatkan investasi besar, tetapi juga penggunaan teknologi konstruksi canggih yang diharapkan mampu menghadapi tantangan geografis pulau Bali.
Sebagai contoh, proses pengeboran akan menggunakan 10 tunnel boring machines (TBM) berukuran raksasa yang akan didatangkan pada 2025 untuk memfasilitasi pengeboran tanah berbatu di kawasan Kuta dan sekitarnya.
Untuk memastikan kualitas dan keamanan proyek, PT SBDJ memilih PT Indotek sebagai kontraktor utama, yang berkolaborasi dengan perusahaan ternama asal Tiongkok, China Railway Construction Corporation (CRCC).
Kedua perusahaan ini memiliki pengalaman luas dalam pembangunan infrastruktur transportasi global, di mana CRCC tercatat telah membangun lebih dari 200.000 km jalur kereta di berbagai negara.
Dampak LRT Bali Bagi Ekonomi dan Pariwisata
Dilansir dari YouTube Top Konstruksi, Kehadiran LRT bawah tanah di Bali diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan kemacetan yang selama ini sering terjadi, terutama di kawasan wisata.
Selain itu, sistem LRT ini juga dirancang untuk ramah lingkungan, sesuai dengan visi Bali sebagai destinasi wisata berkelanjutan.
Dengan pengurangan emisi karbon dan konektivitas yang lebih baik, wisatawan akan lebih mudah mencapai berbagai destinasi di Bali tanpa khawatir akan kemacetan.
Tidak hanya itu, proyek ini juga diharapkan membuka lapangan kerja bagi ribuan tenaga kerja lokal, baik dalam tahap konstruksi maupun operasional nantinya.
Demikian, itulah sekilas tentang megaproyek LRT atau kereta bawah tanah di Bali. *** (Gita Yulia)