Proyek Jalan Tol Trans Sumatera Dipercepat, Kementerian PUPR Gunakan Teknologi VCM Pertama Kali di Indonesia

 

inNalar.com – Hingga saat ini, proyek jalan tol trans Sumatera masih terus dipercepat.

Proyek jalan tol yang akan dibangun sepanjang 2.765 km oleh Hutama Karya ini, masih terus dipercepat penggarapannya.

Beberapa ruas jalan tol pun, kini sudah rampung dikerjakan, tercatat hingga Juli 2023 yang lalu, sepanjang 596 km Jalan Tol telah beroperasi.

Baca Juga: Dibangun Tahun Depan, Jalan Tol Senilai Rp21,26 Triliun di Jawa Barat – Jakarta Ditarget Rampung Tahun 2027!

Dilansir dari YouTube Indonesia Infrastruktur, diketahui bahwa dalam pembangunan proyek ini melibatkan teknologi canggih yang berasal dari Eropa.

Sentuhan teknologi ini merupakan hal baru untuk pengerjaan proyek jalan tol oleh kementerian PUPR dan Hutama Karya.

Untuk pertama kalinya di Indonesia, PUPR berkolaborasi dengan Hutama Karya dalam proyek jalan tol, dengan menggunakan teknologi canggih yang disebut dengan VCM.

Baca Juga: Bakal Dibangun Jalan Tol JORR Elevated Cikunir – Ulujami Sepanjang 21,6 KM, DKI Jakarta Nggak Macet Lagi?

VCM atau Vacuum Consolidation Method, merupakan teknologi yang digunakan untuk mengurangi kadar air maupun udara di dalam tanah.

Hal ini dilakukan, karena sebagian besar wilayah Sumatera merupakan tanah gambut dan rawa.

Tanpa teknologi maka akan sangat sukar untuk membangun jalan tol di atas tanah seperti itu.

Baca Juga: Alirkan Rp4,88 Triliun, Pembangunan Jalan Tol di Sumatera Barat Buat Keuangan Negara Rugi Capai Puluhan Miliar

Salah satu ruas jalan tol yang menggunakan VCM ini adalah Palembang- Indralaya

VCM sendiri merupakan penyedot tanah atau vacuum yang dapat mengurangi atmosfer air sehingga dapat dengan cepat proses penurunan dan pemadatan lapisan tanah dalam waktu singkat.

Sebenarnya, banyak teknologi lain yang bisa digunakan untuk pembuatan jalan tol, namun VCM ini lebih cepat dan lebih murah.

Teknologi ini juga pernah dipakai Swedia pada tahun 1950 dan China pada saat pembangunan ribuan jalan tol.

VCM ini juga telah divalidasi oleh 5 profesor di bidang sipil, karena memiliki beberapa keunggulan.

Seperti dapat meminimalisir sumber daya penggunaan alat berat, dapat mengurangi kadar air dalam tanah tanpa menyebabkan resiko ketidakstabilan lereng.

Serta memiliki hambatan yang rendah terhadap efektivitas pekerjaan dan ramah lingkungan, karena tidak menggunakan bahan kimia.

Menggunakan teknologi ini, penurunan tanah dapat lebih cepat dilakukan yakni sekitar 4 bulan. Sedangkan jika menggunakan mesin  biasanya, dapat mencapai waktu 1 tahun.

Maka, kesuksesan penggunaan teknologi VCM dalam proyek jalan trans Sumatera ini akan menjadi acuan untuk penggunaannya kembali pada jalan lain.

Khususnya pada daerah yang memiliki struktur tanah hampir sama dengan Sumatera, yakni gambut dan rawa.

Inilah gambaran teknologi VCM yang digunakan untuk mempercepat pembangunan proyek tol Trans Sumatera, pertama kali di Indonesia.***

 

Rekomendasi