Produksi 238 Juta Ton Per Hari, Kontrak Tambang Emas Freeport di Papua Ternyata Diperpanjang Lagi, Sahamnya Berapa?

InNalar.com – Tambang Grasberg atau tambang emas, warga Indonesia pastinya sudah tidak asing lagi dengan kekayaan yang ada di Timur Indonesia.

Tepatnya, sumber daya alam itu berada di Papua, dengan kekayaannya yang sangat melimpah.

Bagaimana tidak, walau kini sumber daya alam itu dieksploitasi oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) dari dulu, namun diperkirakan kekayaannya masih akan bertahan 100 tahun lagi.

Baca Juga: Nilai Kapitalisasinya Rp231 T, Saham Konglomerat dengan Banyak Lini Bisnis Ini Justru Terus Anjlok Sejak Juni 2023

Adapun yang menyebutkan mampu bertahan 100 tahun lagi itu adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Jadi, karena potensi mineral yang berada di tempat tersebut masih banyak, dengan kata lain PTFI masih akan mengkesploitasi hasil mineral yang ada disana.

Selain itu, bahkan kontrak untuk mengeksploitasi hasil mineral yang ada di Timur Indonesia itu juga diperpanjang hingga 2061.

Baca Juga: Nyaman Bersama Super App BRImo! Login Cepat Cukup via Face ID atau Pengenalan Wajah

Sebelum ini, sebenarnya kontrak untuk tambang emas atau tambang grasberg itu akan berakhir pada tahun 2041.

Namun, setelah diusulkan perpanjangan akhirnya pemerintah menerima hal tersebut hingga akan diperpanjang hingga 2061.

Akan tetapi, perpanjangan itu pun sesuai undang-undang yang berlaku, karena PTFI akan membangun smelter baru hingga investasi saham.

Baca Juga: Butuh Investasi Rp3 Miliar, Pemerintah Coba Gandeng Brazil Bangun Pabrik Gula di Papua, Luasnya 2 Juta Hektare?

Karena jika berdasarkan undang-undang, jika ingin kontrak itu diperpanjang maka perusahaan yang dimaksud disyaratkan untuk memberikan masukan lebih ke pemerintah.

Jadi karena perpanjangan itu, maka Freeport akan mengeksploitasi tambang emas di Timur Indonesia hampir selama 100 tahun atau 1 abad lamanya.

Dilansir InNalar.com dari laman Batri UMA, Freeport sendiri sudah ada di Papua sejak April 1967 dan mulai menambang hasil bumi disitu.

Baca Juga: Dikucuri APBN Rp2,03 T, Megaproyek Bendungan Berkapasitas 250,81 Juta M3 di Jawa Barat Pakai 400 Ha Sawah Warga yang Masih Sengketa

Padahal sebenarnya kekayaan emas yang ada di tambang Grasberg itu cukuplah melimpah, karena produksinya mencapai 238 ribu ton per hari.

Sementara itu untuk tahun ini, PTFI mengungkapkan jika mereka diperkirakan mampu memproduksi emas pada tahun 2023 mencapai 1,8 juta ons.

Pasalnya, pada awal September lalu mereka telah menyatakan jika berhasil memproduksi sebanyak 881 ribu ons.

Baca Juga: Catatkan Cuan Gede, Saham Emiten Konstruksi BUMN Pemborong Proyek PLTU Amurang di Sulawesi Utara Masuk Top Gainers: Melejit Sampai 27,1 Persen!

Bahkan selama Semester I 2023 hingga sekarang telah memproduksi tembaga sebanyak 735 juta pon dari target sebanyak 1,6 miliar pon.

Berdasarkan hal tersebut, maka nanti pada akhir tahun 2023 ini Freeport dapat menjual emas mencapai 1,8 juta ons dan tembaga mencapai 1,6 miliar pon.

Bahkan PTFI disebut juga telah memberikan pemasukan ke negara sebanyak USD 4 miliar atau sekitar Rp 60 triliun per tahun.

Baca Juga: Anggarannya Rp280 Miliar, Jembatan Kereta Solo Balapan-Kadipiro Dibangun Pakai Teknologi Tak Biasa

Sekedar informasi, berdasarkan sejarahnya sebenarnya Indonesia hanya memegang sebagian kecil dari saham yang terdapat pada kekayaan sumber daya alam yang ada di Papua tersebut.

Sebab dulu pemerintah Indonesia hanya memegang saham sebesar 9.36%.

Setelah negosiasi panjang dan alot berlangsung, akhirnya saham di tambang emas dan tembaga itu jadi naik sebesar 51.23% dimiliki Indonesia.

Baca Juga: Bantu Nelayan Melaut, Mega Proyek Pelabuhan Rp43 Triliun di Jawa Barat Hadirkan Pelatihan Bagi Para Pelaut, Programnya…

Indonesia memegang saham di mineral Papua itu melalui Holding BUMN Pertambangan MIND ID.

Sementara itu untuk sisa saham tersebut masih dimiliki oleh Freeport yang saat ini masih jadi pengelolanya.
Sementara itu untuk mengambil alih atau akuisisi saham tambang emas itu pun membutuhkan uang yang sangat besar.

Karena dalam mengambil alih saham tersebut, uang yang harus dikucurkan adalah sebanyak USD 3,85 miliar, atau sekitar Rp 55,8 triliun saat dikonversikannya ke uang Indonesia.

Baca Juga: Serap Rp43 Triliun! Mega Proyek Pelabuhan di Jawa Barat Ini Sampai Dibuatkan Jalan Tol Sendiri, Panjangnya…

Setidaknya dengan kepemilikan saham yang semakin naik pada tambang emas di Papua membuat Indonesia akan memiliki pemasukan yang lebih tinggi.

Apalagi saat ini juga tengah dibangun banyak smelter, agar barang yang nantinya akan diekspor bukan lagi barang mentah.

Melainkan barang yang diekspor itu akan jadi barang olahan dengan harga yang lebih tinggi. ***

 

Rekomendasi