Presiden Jokowi Buka Suara Terkait Subsidi BBM, ini dia Penjelasan Presiden Mengenai Kenaikan BBM

inNalar.com – Mantan sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu menjelaskan tentang subsidi BBM.

Yaitu penjelasan Presiden Jokowi mengenai alasan negara lain yang tidak perlu melakukan subsidi BBM kepada masyarakatnya.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebutkan bahwa jika tidak ada negara lain yang sekuat Indonesia.

Baca Juga: Tidak Wajib PCR dan Antigen, Begini Penjelasan Tentang Syarat Terbaru Naik Pesawat dan Perjalanan Jauh

Yaitu dalam memberikan dana subsidi BBM dengan jumlah yang sangat besar kepada masyarakat.

Presiden Jokowi menyebutkan bawa peryataannya mengenai anggaran negara dalam subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menurut laporan yang dikeluarkan pemerintah, negara harus mengeluarkan uang Rp502 Triliun hanya untuk subsidi BBM.

Baca Juga: Jadi Sorotan Ferdy Sambo Kenakan Baju Tahanan dan Ekspresinya yang Tampak Tenang saat Reka Adegan Rekontruksi

Pemerintah menyebutkan bahwa anggaran tersebut sudah sangat besar untuk subsidi BBM.

Selain itu Presiden Jokowi juga sempat membandingkan harga BBM di Indonesia dan luar negeri.

Said Didu kemudian memberikan tanggapan dari perkataan Presiden Jokowi yang membandingkan dengan negara lain.

Baca Juga: Link dan Sinopsis Lokadrama Lara Ati Episode Terbaru, 31 Agustus 2022: Ajeng Menyimpan Rasa Dengan Fadly?

“Tapi negara lain tidak perlu lakukan subsidi seperti kita karena : 1) harga BBM mereka tidak naik drastis karena kurs mata uang mereka tidak melemah seperti yang dialami Indonesia,” jelas Said Didu.

Diketahui saat ini kurs mata uang dollar terhadap rupiah melemah dan mencapai Rp14.838 untuk satu dollar Amerika Serikat.

Kelemahan kurs dollar menyebapkan kenaikan harga sejumlah komoditi.

Baca Juga: Pengacara Kamaruddin Dilarang Menyaksikan Rekrontruksi Pembunuhan Brigadir J, Ternyata ini Alasan Polri

Selain itu Said Didu juga menjelaskan atas permasalahan pelemahan rupiah terhadap dollar.

Said Didu juga mengungkapkan perbandingan pendapatan dan daya beli warga negara lain dibandingkan Indonesia.

“2) pendapatan perkapita dan daya beli rakyat mereka jauh lebih tinggi,” jelas Said Didu di akun twitter miliknya.***

Rekomendasi