

inNalar.com – PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel punya inovasi ciamik dalam mengatasi permasalahan limbah nikel dari beberapa smelternya di Pulau Obi, Maluku Utara.
Usai mengarungi uji riset selama setahun, perusahaan berkode NCKL ini berhasil ciptakan batako berkualitas premium yang dibuat dari limbah slag nikel.
Apabila merujuk pada PP Nomor 101 Tahun 2014, slag nikel termasuk ke dalam kategori limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) yang masih aman untuk dimanfaatkan kembali menjadi produk dalam bentuk lainnya.
Pada umumnya, slag nikel dapat diolah kembali menjadi produk material konstruksi seperti batu bata, saluran air, pemecah ombak, hingga artifical reef yang biasanya digunakan untuk rumah ikan.
Direktur Health, Safety, and Enviromental Operation Department Harita Nickel Group Tonny Gultom mengungkap bahwa pihaknya telah melalui uji coba riset selama setahun guna mengulik potensi keekonomian bisnis batako premium ini.
Dari segi teknisnya, batu bata yang berasal dari limbah smelter ini ternyata dinilai lebih kokoh berkat formulasi kandungannya yang didominasi oleh slag nikel.
Adapun kandungan batako yang berhasil dibuat oleh Harita Nickel ini memiliki kandungan slag nikel sebesar 85 persen.
Selain itu, 10 persennya berasal dari fly ash sisa pembakaran PLTU NCKL dan kandungan semen sebanyak 5 persen.
Sehingga tidak heran kualitas batako yang dihasilkan dinilai memiliki kualitas tinggi dengan harga per unitnya diperkirakan sekitar Rp4.000.
Dari segi keekonomisan, sebenarnya harga tersebut termasuk lebih mahal dari batu bata pada umumnya.
Namun dari segi kualitasnya dapat diandalkan guna mengokohkan sejumlah konstruksi infrastruktur.
Jadi batako dari limbah nikel ini diperhitungkan bakal menyumbang pendapatan tambahan Harita Nickel sebesar Rp58 miliar per tahun.
Sementara kemampuan produksi batako premium ini paling banyak mencapai 40.000 unit per hari.
Lantas, apakah Harita Nickel siap memasarkan produk inovasinya ke luar Pulau Obi?
Meski secara ekonominya hasil inovasi ini cukup bercuan bagi perusahaan, NCKL belum berencana memasarkan produk batako premiumnya.
Pasalnya pihak perseroan mengalami kendala di bagian ongos logistik yang masih cukup tinggi, sehingga untuk saat ini pasokan produksi di arahkan untuk hal lainnya.
Di antaranya adalah untuk pembangunan kawasan pemukiman di Desa Kawasi yang mengusung eco village.
Selain itu, batako premium besutan Harita Nickel ini juga dimaksimalkan untuk penuhi kebutuhan material infrastruktur jalan dan trotoarnya.
Bisnis batako NCKL cukup potensial terlebih tingkat produksi pengolahan nikel perusahaan cukup tinggi, tetapi mengingat kendala biaya logistik pasokannya belum ke luar Pulau Obi.
Penting untuk diketahui, Indonesia sendiri disebut sebagai penguasa nikel dunia berkat 20 persen bijih nikel diproduksi dari RI, melansir dari Binamarga PUPR.
Setidaknya sekitar 1 juta ton slag telah dihasilkan, sehingga potensi besar itu tentu bisa dimanfaatkan para pembangun infrastruktur.
Biasanya hasil olahan slag nikel tersebut bisa disulap menjadi bahan material konstruksi yang bisa digunakan untuk membangun jalan hingga flyover. ***