

inNalar.com – Solok Selatan salah satu kabupaten di Sumatera Barat kini kian memanas menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Pasalnya kabupaten penghasil tambang emas dan bijih besi ini tengah menghadapi situasi di mana biasanya politik Pilkada diwarnai dengan penuh persaingan sehat malah menjadi arena panas karena adanya aksi premanisme.
Aksi premanisme ini terjadi di rumah calon wakil bupati (Cawabup) nomor urut 2 yaitu Boy Iswarmen pada tanggal 26 November, Selasa malam.
Massa yang tidak diketahui asalnya ini mendatangi rumah Boy Iswarmen dan melempari dan memukul jendela dengan batu.
Tak berselang lama setelah kejadian di rumah Cawabup nomor urut 2, terjadi lagi kejadian yang serupa di rumah Cawabup nomor urut 1 yaitu Yulian Efi.
Dalam penyerangan kedua rumah Cawabup di Solok Selatan ini ada dugaan penggunaan senapan angin, namun masih belum ditemukan buktinya karena polisi masih menyelidiki lokasi kedua rumah Cawabup tersebut.
Baca Juga: Update Hasil Quick Count Pilkada 2024 di 38 Kota/Kabupaten Jawa Timur, Terbaru dan Terlengkap!
Diduga kejadian ini bermula dari adanya keributan antara tim paslon nomor urut 1 dengan tim paslon nomor urut 2, dilansir dari akun Instagram @wkwkmedsos.
Dalam aksi premanisme di Solok Selatan ini tidak ada korban jiwa, tetapi terdapat kerugian materi yaitu dua rumah Cawabup rusak akibat penyerangan.
Sebagai informasi Pilkada Solok Selatan hanya terdapat dua pasangan calon.
Baca Juga: Jadi Peserta Tunggal SKB CPNS 2024 Apakah Bisa Otomatis Lolos? Ini Penjelasan Resmi BKN
Pertama ada Yulian Efi yang berpasangan dengan Calon Bupati Khairunas. mereka adalah pasangan nomor urut 1.
Sedangkan yang kedua ada Armen Syahjohan yang berpasangan dengan Boy Ismarwen, yang merupakan pasangan nomor urut 2
Aksi premanisme yang terjadi menjadi contoh dan pemantik agar segera diadakan perbaikan tatanan politik di Solok Selatan.
Pilkada seharusnya menjadi momen bagi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya demi memilih pemimpin yang terbaik melalui proses yang jujur dan adil. Bukan dengan menggunakan kekerasan atau tekanan.
Dalam hal ini untuk menaggulangi adanya premanisme saat Pilkada agar tidak terulang kembali, maka, perlu adanya edukasi politik kepada masyarakat.
Cara edukasi politik kepada masyarakat diharapkan bisa menjadi langkah penting untuk mengurangi pengaruh buruk adanya premanisme pada Pilkada.
Baca Juga: Prabowo-Gibran Siap Beri Kejutan dalam Akselerasi 100 Hari Kerja: Tenaga Honorer Jadi Sorotan
Kemudian, untuk menaggulangi adanya premanisme, sinergi antara pemerintah, penegak hukum, penyelenggara pemilu dan masyarakat juga perlu dilakukan untuk menciptakan suasana Pilkada yang kondusif.
Diharapkan dengan adanya keterlibatan semua pihak bisa menciptakan kondisi yang kondusif pada saat Pilkada.*** (Jassinta Roid Triniti)