Picu Kekhawatiran Ilmuwan, Lubang Lapisan Ozon di Antartika Semakin Terbuka Lebar, Apa Dampaknya?

inNalar.com – Pengukuran dari satelit Copernicus Sentinel-5P menunjukkan bahwa lubang ozon di Antartika tahun ini adalah salah satu yang terbesar yang pernah tercatat.

Lubang tersebut, disebut oleh para ilmuwan sebagai ‘daerah penipisan ozon’ yang kini telah mencapai luas 26 juta kilometer persegi pada 16 September 2023.

Bahkan untuk ukuran luasnya sendiri diperkirakan mencapai tiga kali lipat dari luas negara Brazil.

Baca Juga: Berumur 20 Tahun, Terminal Kapal Ferry Internasional di Batam Kepri Ini Bakal Digantikan oleh Pelabuhan…

Lubang di lapisan ozon di atas Antartika sangatlah besar pada saat ini, sehingga memicu kekhawatiran bahwa hal tersebut dapat menyebabkan pemanasan lebih ekstrem di Kutub Selatan.

Anehnya, hal ini tampak seperti konsekuensi dari uap air yang berakhir di stratosfer bumi setelah letusan Hunga Tonga–Hunga Ha’apai tahun 2022, yang merupakan ledakan alami terbesar di planet kita dalam lebih dari satu abad.

Menurut ilmuwan, lubang ozon yang berada di Antartika tumbuh dan menyusut secara teratur sepanjang tahun seiring dengan musim.

Baca Juga: Heboh! Podcast Deddy Corbuzier dan dr Richard Lee Ungkap Fakta Baru dari Kasus Jessica Wongso

Dilansir inNalar.com dari IFLScience, selama musim semi di Belahan Bumi Selatan yakni pada Agustus hingga Oktober, ukuran lubang bertambah.

Lalu ukuran tersebut mencapai batas maksimum antara pertengahan September dan pertengahan Oktober.

Sekitar tahun 2021 dan 2022, lubang ozon praktis tidak ada dan tidak bertambah secara signifikan hingga akhir Agustus.

Baca Juga: Berdiri Sejak 2004, Pabrik Air Minum di Pandaan Jawa Timur Ini Tambah Cabang dan Buat Varian Baru, Bisa Tebak?

Namun tahun ini, data dari ilmuwan Copernicus Climate Change Service menunjukkan bahwa perubahan iklim telah berkembang jauh lebih awal dan diperkirakan akan berkembang pesat lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Lapisan ozon adalah wilayah stratosfer antara 15 dan 30 kilometer atau setara 9,3 hingga 18,6 mil di atas permukaan bumi yang memiliki konsentrasi gas ozon lebih tinggi dibandingkan bagian atmosfer lainnya.

Lapisan ozon bertindak sebagai perisai tak kasat mata bagi planet kita, menyerap sebagian besar sinar ultraviolet Matahari yang berbahaya.

Pada tahun 1970-an dan 1980-an, para ilmuwan menemukan sebuah lubang pada lapisan ozon di atas Kutub Selatan.

Temuan ini menjadi salah satu kekhawatiran dari dampak lingkungan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.

Ternyata lapisan tersebut terkikis oleh bahan kimia buatan manusia, yaitu zat pendingin dan pelarut, yang dapat bertindak sebagai zat perusak ozon setelah terbawa ke stratosfer.

Untungnya, pelarangan bahan kimia perusak ozon terbukti berhasil dan lapisan tersebut sedang dalam proses menuju pemulihan. Namun, fluktuasi musiman pada ukuran lubang ozon Antartika masih terjadi.

Alasan di balik lubang besar yang tidak sesuai musimnya saat ini mungkin adalah efek lanjutan dari letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai yang berakhir pada Januari 2022.

Letusan bawah laut di Pasifik melepaskan energi yang setara dengan 20 megaton TNT dalam lima ledakan, yang terbesar adalah 15 megaton, menjadikannya ledakan alami terbesar dalam lebih dari satu abad.

Selain melepaskan tumpukan abu dan gas, hal ini juga mendorong jumlah air laut yang “belum pernah terjadi sebelumnya” ke atmosfer.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa kelebihan uap air dapat berdampak terhadap degradasi lapisan ozon dalam beberapa tahun ke depan.

Para ilmuwan pun sebelumnya sudah memperkirakan terhadap dampaknya sendiri yang akan sangat besar.

Lubang yang sangat besar ini merupakan berita buruk bagi Antartika, yang sudah merasakan tekanan akibat pemanasan suhu.

Karena lapisan ozon melindungi Antartika dari radiasi UV matahari, lubang tersebut bisa berdampak pada benua dan laut di sekitarnya akan terkena suhu panas yang jauh lebih tinggi.***

 

Rekomendasi