Pesantren 6 Agama di Kediri, Melawan Arus atau Justru Bawa Harapan Baru untuk Kerukunan Umat?

inNalar.com – Meskipun sering diterpa badai globalisasi yang mencarut-marut sendi kehidupan, tapi di Kediri muncul satu ide revolusioner yang notabane-nya menggoncangkan nurani dan memantik perdebatan sengit antar komunitas religius, yaitu pendirian Pesantren 6 agama.

Tidak tanggung-tanggung, jika selama ini pesantren kerapkali di kiblatkan dan condong ke Agama Islam, tapi pondok di Kediri ini juga mencakupi 5 agama lain dalam satu atap yang sama; Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan KongHucu.

Menjadi suatu fenomena yang menghebohkan, proyek pendidikan agama ini tentu menuai pro-kontra karena dianggap menentang batasan yang telah ada.

Baca Juga: Top 5 Universitas Terbaik di Semarang Versi EduRank, Siswa SMA/SMK Wajib Intip!

Lebih dari itu, hadirnya Pesantren Jatidiri Bangsa Indonesia juga mencipta riuh rendah antar pemuka agama yang menarasikan paradoksal—perihal membawa kedamain antar umat atau justru menyulut percikan yang semakin mengobarkan nyala api yang semakin besar.

Pesantren Jatidiri Bangsa Indonesia ini bertempat di Desa Pojok Kabupaten Kediri. Rencananya, pembangunan pondok ini akan didirikan di Situs Bung Karno yang akan mulai di-grounding setelah peletakan batu pertama pada 6 Juli 2023 lalu.

Menjadi satu-satunya pesantren lintas agama, mungkin bagi sebagian orang akan bertanya-tanya perihal: bagaimana mungkin enam agama yang ber-notabene memiliki batas-batas teologis mampu bersatu dalam lingkup ruang yang sama. Penasaran? Simak ulasan ini untuk tahu detail informasinya!

Baca Juga: Santri di Pesantren Cirebon Ini Boleh Main Game PS, Idaman Gen Z Banget!

Suhardono, selaku Ketua Panitia Pembangunan Pesantren Jatidiri Bangsa Kediri, menyebutkan bahwa tujuan dari pembangunan pondok ini adalah untuk mencetak generasi yang selalu memunajatkan rasa syukur kepada Tuhan Sang Esa, meskipun perbedaaan keyakinan kerapkali menjadi jurang pemisah.

Tidak hanya Suhardono, Kushartono selaku Ketua Harian Situs Ndalem Pojom Kediri juga turut memberikan komentar. Dengan memberikan berbagai komparasi dari berbagai kacamata pandang, beliau menyampaikan bahwa Pesantren ini juga sangat penting peranannya untuk menyongsong Indonesia Emas 2045 mendatang.

Terdengar sangat mustahil, tapi besar harapan mereka bahwa hadirnya Pondok Pesantren di Kediri ini bisa menjadi jalan pembuka untuk mencipta dialog-dialog antaragama.

Baca Juga: Referensi PPDB 2025, Inilah 19 Sekolah SD-SMA di Malang, Jawa Timur Peroleh Akreditasi Unggul

Meskipun terkesan melanggar status quo yang telah mengakar kuat, namun core yang hendak dipuja adalah “Perbedaan bukan suatu tembok pemisah.”

Bagai gayung yang bersambut, pembangunan pondok pesantren ini malah mendapat dukungan dari tokoh-tokoh lintas agama, lho!

Tidak tanggung-tanggung, Romo Yohanes selaku Pimpinan Gereja Kristen Ortodoks Rusia yang kini tengah mengemban tugas di Indonesia turut mengapresiasi pembangunan pesantren ini.

Bahkan, beliau juga sempat mengikuti beberapa materi pelajaran di Pondok Pesantren ini.

Selain memberi sinyal positif terhadap pendirian pesantren ini, Romo Yohanes bahkan berpesan kepada masyarakat yang terkesan terlalu mengkotak-kotakkan perbedaan yang ada.

Baca Juga: 29 Sekolah SD-SMA Terbaik di Surabaya Peraih Akreditasi A BAN PDM, Bisa Jadi Referensi PPDB 2025

Dikatakan oleh beliau bahwa masyarakat harus saling harmonis diantara banyaknya perbedaan beragama.

Meskipun hadirnya pesantren ini ibarat dua sisi koin yang menghadirkan kecemasan dan harapan.

Ini adalah suatu terobosan baru, apalagi untuk membangun pondasi yang lebih solid yang terbalut dalam jalinan antarumat beragama di Indonesia.

Baca Juga: Gempa Bumi 4,4 M di Bantul, Yogyakarta Teridentifikasi Pusat Guncangan Berada di Pesisir Pantai

Meskipun bayangan perhial kemurnian ajaran yang disampaikan hingga saat ini masih dipertanyakan, kehadiran Pondok Pesantren Jatidiri Bangsa Indonesia ini telah membangkitkan perspektif baru siap atau tidaknya manusia untuk tinggal di lingkungan yang multiagama. ***