

inNalar.com – Persija Jakarta merayakan ulang tahunnya yang ke-96 pada 28 November 2024. Didirikan pada 1928, Persija telah mencatatkan berbagai prestasi dan menjadi rumah bagi banyak pemain legendaris.
Namun, ada sejumlah nama yang perannya begitu signifikan tetapi jarang mendapat sorotan. Berikut adalah empat legenda Macan Kemayoran yang kisahnya layak dikenang.
1. Sutan Harhara
Sutan Harhara memulai kariernya di Persija pada usia 19 tahun. Pada debutnya di 1971, ia sukses membawa klub meraih gelar Perserikatan. Empat tahun kemudian, ia kembali membantu Persija menjadi juara bersama PSMS Medan.
Bukan hanya gemilang di kompetisi lokal, Sutan juga membuktikan kemampuannya di kancah internasional.
Ia pernah menghadapi klub legendaris seperti Ajax Amsterdam, Manchester United, dan Rapid Vienna. Salah satu momen paling berkesan adalah saat ia berhasil meredam Gerth van Zanten, bintang Ajax, hingga frustrasi.
Dengan performa solid di berbagai pertandingan, Sutan menjadi sosok tak tergantikan di lini pertahanan Persija.
2. Sinyo Aliandoe
Nama Sinyo Aliandoe lebih dikenal sebagai pelatih yang hampir meloloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 1986. Namun, kiprahnya sebagai pemain Persija juga tak kalah gemilang.
Bermain sebagai gelandang tengah, Sinyo direkrut oleh pelatih legendaris drg. Endang Witarsa pada usia muda.
Baca Juga: Intip Hasil Quick Count Sementara Pilkada Jawa Tengah 2024
Bersama pemain hebat lainnya, seperti Soetijipto Soentoro, Sinyo menjadi motor permainan Persija yang tampil agresif dan tak terkalahkan pada kompetisi Perserikatan di usia 24 tahun.
Cedera parah memaksa Sinyo pensiun dini, tetapi ia kembali ke Persija sebagai pelatih pada 1973.
Dengan karakter penuh perhitungan, ia berhasil membawa klub meraih gelar Perserikatan dua kali, yakni pada 1973 dan 1975. Sinyo adalah bukti bahwa dedikasi pada sepak bola bisa diwujudkan di dalam dan luar lapangan.
3. Tan Liong Houw
Pesepak bola berdarah Tionghoa ini adalah sosok unik dalam sejarah Persija. Tan Liong Houw dikenal sebagai pemimpin yang andal, baik di level klub maupun Tim Nasional Indonesia.
Bermain sebagai gelandang, Tan Liong Houw memulai kariernya melalui klub Chung Hua sebelum bergabung dengan Persija pada 1951. Salah satu ciri khasnya yang mudah dikenali adalah kebiasaannya mengikat handuk di tangan kiri saat bermain.
Di Persija, ia meraih gelar Perserikatan pada 1954, mengalahkan PSMS Medan dalam laga final yang penuh kontroversi. Bersama Timnas Indonesia, ia menjadi kapten tim yang menahan Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956 dan membawa pulang gelar Merdeka Games pada 1961.
4. Andi Lala
Andi Lala, salah satu pemain era 1970-an, menjadi bagian dari skuad emas Persija yang mendominasi Perserikatan. Sebagai penyerang, kecepatan dan ketajamannya kerap menjadi momok bagi pertahanan lawan.
Bersama nama-nama besar seperti Anjas Asmara dan Iswadi Idris, Andi Lala membawa Persija menjadi juara di masa-masa sulit, bahkan melawan tim kuat seperti PSMS Medan. Keberadaannya sebagai pemain kunci dalam tim tak hanya menunjukkan kualitas individu, tetapi juga kekompakan Persija sebagai tim besar.
Empat legenda ini adalah bukti bahwa kejayaan Persija Jakarta tidak hanya dibangun dari gelar juara, tetapi juga dedikasi pemain-pemain hebat yang telah memberikan segalanya untuk klub. Dalam usia yang hampir seabad, Persija terus menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Jakarta dan inspirasi bagi generasi mendatang.
Semoga warisan para legenda ini terus dikenang, menjadi semangat untuk Macan Kemayoran dalam mencetak prestasi di masa depan. Selamat ulang tahun ke-96, Persija Jakarta!