Peristiwa Penting di Bulan Rajab, Terjadinya Perang Tabuk, Berikut Ini Sekelumit Kisahnya

inNalar.com – Pertempuran Tabuk adalah ekspedisi militer yang diprakarsai oleh Nabi Muhammad pada bulan Rajab tahun 9 Hijriyah, atau Oktober 630 Masehi.

Rasulullah memimpin sebanyak 30.000 pasukan yang dibawa ke Tabouk, barat laut Arab Saudi, dengan maksud untuk melawan Romawi Byzantium.

Menurut Ar-Rahīq al-Makhtum, hagiografi Islam modern tentang Nabi Muhammad yang ditulis oleh Safi-ur-Rahman Mubarakpuri, alasan perang melawan Kekaisaran Byzantium adalah karena salah satu duta besar Rasulullah dibunuh oleh Sharhabeel bin ‘Amr Al-Ghassani (gubernur Al-Balqa).

Baca Juga: Jurgen Klopp Ungkap Diogo Jota Cedera Setelah Laga Liverpool vs Inter Milan di UCL, Simak Selengkapnya

Mubarakpuri juga mengklaim bahwa peristiwa tersebut adalah salah satu alasan Pertempuran Tabouk dimulai. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa kaisar Kaisar Byzantium, Heraclius sedang mempersiapkan kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Muslim yang tumbuh di wilayah tersebut.

Cendekiawan William Muir, mengklaim bahwa salah satu alasan Heraclius memutuskan untuk berperang, adalah karena ia ingin mencegah terulangnya Ekspedisi Ukasha bin Al-Mihsan saat melawan Banu Udrah.

Banu Udhrah adalah suku Kristen yang bersekutu dengan Kekaisaran Byzantium, sebelum akhirnya masuk Islam dan mendukung dakwah Rasulullah.

Suku tersebut masuk Islam setelah Khalid bin Walid melakukan kampanye militer di daerah tersebut, namun ada beberapa yang masih tidak terpengaruh, sehingga kampanye lain dilakukan di daerah tersebut.

Baca Juga: Jelang Laga Manchester City vs Tottenham, Jack Grealish Diragukan untuk Tampil, Begini Alasannya

Tabuk sendiri waktu itu merupakan Benteng yang tinggi dan kokoh, yang dibangun di tepi mata air di jalan dari Hijr ke Damaskus, di daerah perbatasan wilayah Suriah.

Pada masa itu Suriah adalah salah satu koloni Kekaisaran Romawi Timur. Ibukotanya adalah Konstantinopel. Penduduk di perbatasan tersebut adalah pengikut Kristen, dan terdapat kepala distrik yang merupakan perwakilan dari Penguasa Suriah.

Kepala distrik tersebut juga menerima perintah langsung dari Kaisar Romawi Byzantium, Heraclius.

Pada masa itu Romawi Byzantium adalah satu-satunya musuh Iran yang kuat dan memiliki kekuatan politik dan militer terbesar.

Baca Juga: Serial Police University, Angkat Kasus Judi Elektronik Ilegal dengan Cryptocurrency

Heraklius sendiri merasa sangat bangga karena kemenangan yang telah diraihnya melawan Iran dan kekalahan yang ditimbulkannya pada tentara Iran.

Rasulullah kemudian bergerak ke utara menuju Tabuk, meskipun tentara Byzantium tidak memulai segala bentuk agresi terhadap kaum muslimin.

Sejumlah 30.000 prajurit muslim terbaik diturunkan. Belum pernah ada pasukan muslimin dengan jumlah sebanyak itu di pertempuran-pertempuran sebelumnya.

Setelah tiba di Tabuk dan berkemah di sana, serdadu Rasulullah kemudian bersiap menghadapi Bizantium. Namun Tentara Heraclius ternyata belum sampai ke Tabuk.

Pasukan Muslim tinggal di sana selama beberapa hari dan mengintai daerah itu walaupun pada akhirnya serdadu Byzantium tidak pernah datang.

Menurut sumber-sumber dari para ahli sejarah Islam, Tentara Byzantium telah menarik diri ke arah utara setelah mendengar kedatangan Brigade Rasulullah.

Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa cuaca panas menjadi salah satu alasan penarikan Tentara Byzantium. Namun demikian, tidak ada sumber sejarah dari kalangan non-Muslim yang mengkonfirmasi hal tersebut.

Brigade Muslim berada di Tabuk selama kurang lebih 10 hari. Ekspedisi ini dimanfaatkan Rasulullah untuk mengunjungi kabilah-kabilah yang ada di sekitar Tabuk.

Hasilnya, banyak kabilah Arab yang sejak itu tidak lagi patuh kepada Kekaisaran Bizantium, dan berpihak kepada Rasulullah dan umat Islam. Rasulullah juga berhasil mengumpulkan pajak dari kabilah-kabilah tersebut.

Saat hendak pulang dari Tabuk, Brigade Rasulullah didatangi oleh para pendeta Kristen di Lembah Sinai. Rasulullah kemudian berdiskusi dengan mereka, dan akhirnya terjadi perjanjian yang mirip dengan Piagam Madinah bagi kaum Yahudi. Piagam ini berisi perdamaian antara umat Islam dan umat Kristen di daerah tersebut.

Namun demikian, ekspedisi ini membawa pujian tersendiri bagi pasukan Muslim yang telah mendapatkan reputasi militer di tanah-tanah terpencil di Jazirah Arab.

Baca Juga: Hikayat Sepak Bola Indonesia ‘Bagian 2’, Era Kolonial, Pintu Gerbang Sepak Bola Modern

Konsekuensi strategis jangka panjang dari pertempuran itu adalah bahwa banyak suku Arab yang saat itu meninggalkan Byzantium dan bergabung dengan Rasulullah, sekaligus memperbesar pengaruh Islam di Jazirah Arab.

Setelah kembali dari Madinah, beberapa sahabat Nabi percaya bahwa kaum Muslimin tidak perlu berperang lagi, setelah melihat fakta-fakta yang terjadi dan melihat bahwa tidak ada musuh yang tersisa yang mengancam umat Islam.

Para pengikut Rasulullah kemudian mulai menjual senjata mereka, tetapi kemudian sang Nabi menegur mereka, bahwa menurut Rasulullah akan selalu ada kebutuhan untuk berperang. Kemudian, Allah menurunkan ayat Al-Qur’an.

Menurut Safi-ur-Rahman Mubarakpuri, banyak ayat dari Surah At-Taubah terkait dengan Pertempuran Tabuk.

Cendekiawan Muslim Ibn Kathir menyebutkan bahwa ayat 42-48, 49, 81, dan 29 semuanya terkait dengan Pertempuran Tabuk atau diturunkan selama Pertempuran Tabuk.

Salah satu contohnya adalah ketika Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa Surah At-Taubah ayat 49 diturunkan terkait orang-orang yang membuat alasan untuk tidak berpartisipasi dalam Jihad.

Dalam hal ini Al-Jadd bin Qays, membuat alasan untuk tidak berpartisipasi dalam Perang Tabuk, dan Ibnu Katsir mengatakan bahwa Surah At-Taubah ayat 49 diturunkan karena alasan tersebut.***

Rekomendasi