

inNalar.com – RA Kartini merupakan sosok pahlawan wanita yang selalu dikenang bangsa Indonesia, perjuangannya menginspirasi banyak orang.
Walaupun tidak pernah melawan penjajah secara langsung, tetapi pemikiran dan gagasannya sangat anti terhadap penindasan terutama bagi wanita.
RA Kartini bahkan berteman dengan orang-orang Belanda, hal itu karena dirinya tergolong berasal dari latar belakang bangsawan dan bisa bersekolah.
Dari sekolah tersebut dirinya mengenal banyak teman orang Belanda, setelah berpisah komunikasi masih tetap berlanjut dengan korespondensi.
RA Kartini menulis surat kepada teman-temannya di Belanda, tulisan tangannya tersebutlah yang menjadi bukti perjuangan dari ide dan gagasannya.
Dikutip inNalar.com dari berbagai sumber pada Kamis, 7 April 2022 terdapat surat yang ditulis untuk temannya bernama Stella Zihandelaar.
Pada surat tersebut tercantum tanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis sebagai berikut:
Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Baca Juga: Polisi Benarkan Marshel Widianto Adalah Komedian ‘M’ yang Diduga Membeli Konten Syur Dea OnlyFans
Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.
Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?
Setelah membaca surat RA Kartini tersebut, maka akan diketahui bahwa awalnya tampak bahwa ada keinginan tahuan yang tinggi terhadap agama yang dianutnya yaitu Islam.
Tetapi terdapat kendala yang disebabkan kesakralan yang masih dipegang kuat oleh orang-orang saat itu, sampai dirinya menyimpulkan bahwa cukup menjadi orang baik walaupun tidak sholeh.
Surat sosok pahlawan wanita itu yang lainnya yang ditulis untuk teman Belanda berbeda, tertanggal 15 Agustus 1902 dikirim ke Ny Abendanon sebagai berikut:
Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Baca Juga: Ditutup Delapan Hari Lagi, Pendaftar UTBK SBMPTN 2022 Tembus Angka 346 Ribu, Jumlah akan Terus Naik
Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.
Pada surat di atas RA Kartini tampak rasa penasarannya terhadap ilmu agama sangat tinggi sekali, hanya saja Al Quran dan Bahasa Arab masih menjadi penghalang.
Dirinya bahkan mengharapkan diajari makna Al Quran atau ungkapan-ungkapan Bahasa Arab tersebut oleh teman Belandanya andaikanmengerti.
Baca Juga: Cara Pembayaran UTBK SBMPTN 2022 Lewat Bank BTN, Lengkap dengan Alur Berbagai Metode Pembayarannya
Kuasa Allah Yang Maha Mengetahui termasuk memahami isi hati dari RA Kartini, dirinya kemudian dipertemukan dengan seorang ulama besar bernama Kiai Sholeh Darat.
Pertemuan tersebut terjadi pada suatu acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya sendiri.
Itulah pertama kalinya RA Kartini mendapatkan penjelasan Al Quran, Kiai Sholeh Darat menerangkan tentang Surat Al Fatihah yang membuat tertegun.
Seakan pahlawan nasional wanita itu mendapatkan sebuah kunci yang selama ini dicari-cari olehnya, dirinya pun tak kuasa menahan deras keinginannya belajar lebih banyak lagi.
Kisah menarik ini tidak ada di dalam surat-surat RA Kartini yang dikirim kepada teman-temannya di Belanda, hanya saja cucu dari Kiai Sholeh Darat bernama Fadhila Sholeh yang menerangkan.
Fadhila menuliskan dalam lembaran yang ditaruh dekat makam kakeknya Kiai Sholeh Darat bahwa sudah sekian lama pahlawan nasional wanita itu berusaha mengetahui kandungan Al Quran tetapi baru terpenuhi.
Baca Juga: Hari Kartini 2022, Ini Profil Sang Pahlawan Wanita Indonesia Lengkap Beserta Nama 10 Saudaranya
Berikut petikan tulisan Fadhila Sholeh:
Kartini memang tak pernah tahu apa arti dan makna dari surat Al Fatihah meski ia sering membacanya. Kartini benar-benar terpukau dan tersedot perhatiannya,”
Semenjak itu RA Kartini mulai belajar Islam dengan sungguh-sungguh, dan mulai memahami sedikit demi sedikit hingga pemahamannya terhadap agama meningkat.
Ketika dirinya telah benar-benar menjadi sosok muslimah yang taat maka berubahlah cara pandangnya terhadap Islam dan kehidupan, hal ini bisa dilihat melalui suratnya yang lain.
Baca Juga: Apa Perbedaan SBMPTN dengan UTBK? Simak Penjelasannya, Jangan Sampai Salah Persepsi
RA Kartini sempat menulis surat untuk Ny Van Kol, tertanggal 21 Juli 1902;
Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah.”***