

inNalar.com – Perusahaan sawit paling autentik di Kabupaten Tanah Bumbu ini cukup legendaris di tanah Kalimantan Selatan, namanya adalah PT Jhonlin Agro Raya.
Emiten ini berhasil bukukan penjualan hingga Rp3,09 triliun pada kuartal III tahun 2023, meski capaian tersebut meleset dari targetnya.
Sebagai informasi, sebelumnya perseroan berkode JARR ini sempat mematok target penjualan hingga Rp4,15 triliun.
Apabila dilihat dari tren pendapatan dalam kurun waktu sejak 31 Desember 2022, terlihat dari performa kinerja keuangannya sendiri tampak mengalami penyusutan.
Pada periode sebelumnya, JARR berhasil menembuskan penjualan hingga Rp3,99 triliun, tetapi pada kuartal III tahun 2023 menyusut Rp900 miliar.
Beruntungnya, produk Fatty Acid Methyl Ester (FAME) menjadi andalan penerimaan perusahaan hingga menguasai Rp2,7 triliun dari total pendapatannya.
Namun sayangnya, di samping penjualan dalam sembilan bulan terakhir menurun, rupanya beban pokok penjualan pun masih gemuk.
Dari total penjualan Rp3,09 triliun, beban pengeluaran perusahaan membengkak jadi Rp2,93 triliun.
Alhasil laba bruto yang tersisa hanya Rp164 miliar. Belum lagi dengan adanya deretan penghitungan beban biaya lainnya.
Penghitungan laba bersih usai tersedot oleh beban PPh dan beban keuangan lainnya menyisakan Rp47,62 miliar.
Lantas, beban biaya apa yang membuat pencapaian pendapatan hampir menguras pemasukan PT Jhonlin Agro Raya?
Jika menilik pada komponen beban pokok penjualan, terlihat beban perusahaan yang membengkak bukan pada komponen gaji karyawan.
Adapun yang menguras penerimaan JARR ini terkait dengan beban produksi material bahan baku CPO, sehingga total pengeluaran meroket hingga Rp2,92 triliun.
Demi memastikan pasokan tandan buah segar dan pengelolaan minyak kelapa sawit yang lebih efisien, perusahaan akhirnya mengambil satu langkah besar.
Salah satu langkah strategis yang diambil oleh PT Jhonlin Agro Raya untuk meringankan beban ekonomi perusahaan adalah dengan melakukan merger.
Diketahui, sebelum merger diambil langkahnya, luas Hak Izin Guna Usaha (HGU) milik JARR luasnya 17.020,26 hektare.
Dalam hal ini perusahaan yang dimerger adalah PT Jhonlin Agro Lestari, sehingga total izin hak guna usaha lahan semakin luas dengan adanya tambahan HGU dari PT JAL.
Dengan merger tersebut total lahan HGU dari penggabungan dua perusahaan tersebut luasnya kini 28.936,72 hektare.
Agaknya tantangan fenomena El Nino sepanjang 2023 juga menjadi faktor penyebab yang menjadi tantangan besar perusahaan sawit Kalimantan Selatan ini.
Porsi kenaikan harga pupuk berbasis nitrogen dan fosfat disebut hampir melonjam 100 persen.
Diharapkan deretan penyebab tersebut dapat diatasi pada tahun ini, sehingga produksi sawit PT Jhonlin Agro Raya dan olahannya semakin merekah.***