

inNalar.com – Siapa yang tidak mengenal perusahaan terkemuka yang mulakan bisnis pertambangannya dari Tambang Grasberg, PT Freeport Indonesia.
Perusahaan berkode PTFI ini adalah anak perusahaan Freeport McMoran yang area konsesinya tersebar di Amerika Utara dan Selatan, serta Indonesia.
Fakta menariknya adalah rupanya hasil bumi Indonesia merupakan salah satu penyumbang pendapatan paling besar di antara site tambang perusahaan asal Amerika Serikat ini.
Disusul oleh tambang tembaga Cerro Verde yang berada di Peru, Amerika Selatan sebesar US$ 2,5 miliar, dan masih banyak tambang lainnya,
Berdasarkan Laporan Keuangan Freeport McMoran Kuartal III Tahun 2023, terlihat revenue perusahaan ini paling cuan berasal dari pertambangan Indonesia.
Per 30 September 2023, tercatat pendapatan yang dialirkan dari pertambangan sebanyak US$ 6,19 miliar.
Produk paling laris manis rupanya berasal dari tembaga sebesar US$ 3,86 miliar disusul dengan emas sebesar US$ 2,22 miliar.
Adapun produk yang paling sedikit menyumbang pendapatan dari hasil pertambangan Indonesia adalah perak dan jenis lainnya sebesar US$ 106 juta.
Apabila berkaca dari laporan kinerja produksi PT Freeport Indonesia, memang andalkan produksi tembaga pada kuartal III melesat 14,43 persen dari tahun sebelumnya.
Pada kuartal III 2023, PTFI berhasil produksi tembaga hingga 436 juta pon dan emasnya pun tembus hingga 528.000 ons.
Kenaikan kinerja produksi emas rupanya lebih melesat, yakni 18,65 persen, dari periode sebelumnya tahun 2022 berada di level 445.000 ons.
Sebagai informasi, pencapaian ini membuat Freeport McMoran berhasil melakukan penjualan konsolidasian di tahun 2023 sebagai berikut.
Selain itu, perusahaan raksasa asing ini mampu menghasilkan 4,06 miliar pon tembaga dalam setahun periode pencatatan.
Kemudian dilanjutkan dengan capaian 1,74 juta ons emas dan 80 juta pon molibdenum yang mampu diproduksi induk Freeport Indonesia dari site tambangnya di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Adapun pendapatan yang diraih perusahaan induk AS dari pertambangan Freeport di Indonesia sebesar US$ 5,7 miliar.
Baca Juga: Alami Kerugian Besar pada Triwulan III 2023, Utang PT Merdeka Copper Gold Tbk Semakin Membengkak?
Dengan demikian, pendapatan induk perusahaan PTFI ini ternyata mampu menembus US$16,95 miliar.
Agaknya pencapaian produksi tembaga sejalan dengan arah investasi PTFI dalam menggencarkan proyek pembangunan smelter baru dan pengembangan smelter yang sudah ada.
Contohnya seperti smelter tembaga yang baru di Gresik, Jawa Timur dengan total serapa dana yang dihabiskan untuk proyek ini sudah menembu US$ 1,63 miliar atau setara Rp25 triliun.
Smelter ini diproyeksikan mampu memasuki tahap commissioning setidaknya akhir Mei 2024.
Sehingga diharapkan pada bulan tersebut smelter garapannya bisa beroperasi secara komersil pada akhir 2024.
Perlu diketahui, kapasitas pengolahan konsentrat smelter di Gresik ini mencapai 1,7 juta dmt per tahun, sehingga tidak heran jika skala produksinya sangat besar.
Ada pula proyek ekspansi smelter yang digarap PT Smelting Gresik agar kapasitas produksi bisa didorong naik 1,3 juta dmt per tahun.
Sebagai informasi, total biaya smelter baru beserta ekspansinya ini sebesar US$ 3 miliar atau setara Rp45 triliun.***