

inNalar.com – Perusahaan energi raksasa terkemuka di Indonesia, PT Alamtri Resource Indonesia Tbk yang dulu lebih booming dengan nama PT Adaro Energy Indonesia baru-baru ini membuat langkah mengejutkan.
Beberapa waktu lalu, PT Alamtri Resource Indonesia Tbk mengguncang dunia bisnis di tanah air perihal rencana visioner mereka untuk menunjukkan taringnya ke kancah global di tiga negara.
Bahkan, dalam langkah yang mengejutkan tersebut, tersiar kabar bahwa PT Alamtri Resource Indonesia Tbk juga hanya melibatkan 22 karyawan di salah satu negara ekspansinya.
Baca Juga: Hidup Sejak 3.000 Tahun SM, Penghuni Hutan Belantara Aceh Ini Badannya Mungil Seperti Hobbit
Lalu, bagaimana mungkin perusahaan besar yang memegang lima Perjanjian Kuasa Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang berlokasi di Kalimantan Timur tersebut melakukan ekspansi internasional dengan jumlah tenaga kerja yang terbatas? Yuk, simak ulasan berikut!
Sebagaimana diketahui, pionir eksplorasi mineral ini berfokus pada aktivitas bisnis tambang batu bara serta mineral dan bisnis new renewable energy.
Dengan rekam jejak yang begitu solid dalam bidang tersebut, posisi strategis ini tentunya tidak hanya menguntungkan PT Alamtri Resource Indonesia sebagai aktor utama titan energi Indonesia.
Baca Juga: Bukan Clara Shinta, Penyebar Video Gus Miftah Viral Hina Tukang Es Akhirnya Terkuak
Di tengah kompleksitas pergeseran global menuju transisi energi inilah, korporasi tersebut telah membidik peluang emas untuk meluaskan imperium bisnisnya hingga lintas benua.
Dilansir dari laman resmi globalwitness.org, diketahui bahwa PT Alamtri Resource Indonesia telah melakukan perluasan jaringan perusahaan luar negeri di tiga negara, yaitu:
Pertama, korporasi ekstraktif ini memiliki anak perusahaan bidang pemasaran di Singapura yaitu Coaltrade Service International.
Baca Juga: Sudah Sangat Langka, Uang Lima Ribu Seri Soekarno Ini Bisa Dijual Rp 40 Juta, Anda Punya di Rumah?
Kedua, Adaro Capital yang berlokasi di Labuan, Malaysia. Diketahui bahwa anak perusahaan tersebut digadang-gadang telah mengakuisisi 80% saham tambang batu bara bersama investor lain di Kestrel, Australia.
Ketiga, melalui Arindo Holdings, perusahaan ini juga telah menguasai beberapa perusahaan di Mauritius, Samudera Hindia, yang memiliki aset hampir USD 1 miliar.
Uniknya, di entitas afiliasi PT Alamtri Resource Indonesia yang bermarkas di Mauritius, perusahaan ini hanya memiliki sejumlah 22 pegawai sejak tahun 2017 silam.
Bagaimana mungkin kawakan perusahaan energi sebesar itu dengan segala reputasinya hanya mempekerjakan 22 karyawan saja? Rasanya sulit dipercaya, terlebih jika meninjau besarnya skala operasional yang mereka lakoni.
Sebagai LSM internasional yang bertujuan untuk menentang segala jenis penyalahgunaan kekuasaan, Global Witness ternyata telah melayangkan beberapa kritik tajam ke PT Alamtri Resource Indonesia.
Global Witness mengindikasi bahwa 22 pegawai di peusahaan Mauritius sengaja dibentuk untuk menyimpan dana dan aset saja.
Mereka menyebutkan bahwa PT ini telah berkiblat pada praktik perusahaan multinasional Barat yang dengan lihainya mengalihkan seluruh dana dan aset di negara suaka pajak.
Meskipun spekulasi tersebut belum dibenarkan valid atau tidaknya, perusahaan ini tentu memiliki alasan tersendiri dalam mempekerjakan 22 karyawan di Mauritius.
Bisa saja, strategi minimalis dan penuh resiko ini adalah gebrakan baru dari PT Alamtri Resource Indonesia Tbk, kan? Mereka hendak mem-branding diri sebagai perusahaan yang lebih mengutamakan efisiensi dan kualitas dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan ekstraksi metalurgi ini ditujukan untuk membangun citra positif—di mana mereka bisa menaklukkan suatu negara tanpa harus memiliki jumlah tenaga kerja yang besar.
Sebagai penutup, melalui ekspansi ketiga tersebut, PT Alamtri Resource Indonesia Tbk tidak hanya berkeinginan untuk memperluas pangsa bisnisnya, namun mereka juga membawa nama Indonesia di setiap langkah ekspansinya. *** (Evie Sylviana Dewi)