
inNalar.com – Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, namun kenyataan di lapangan justru malah berbanding ironi, karena hal tersebut justru menjadi hak istimewa bagi mereka yang mampu secara finansial—terutama pada lembaga berbasis agama di Surabaya.
Kesan eksklusivitas ini tentu menyurutkan prioritas pendidikan di mata masyarakat yang kurang mampu karena dogma-dogma ini masih mengakar kuat. Tapi, kehadiran Pondok Pesantren di Surabaya ini telah meruntuhkan tembok hegemoni kesenjangan finansial antara ‘si kaya’ dan ‘si miskin’ untuk menimba ilmu agama.
Di tengah hiruk-pikuk yang sibuk dengan tuntutan modernitas, Pesantren Ulinnuril Islamil Qoyyidl (UNIQ) yang berlokasi di jalan Petukangan No. 9 Surabaya ini, seakan menjadi oase harapan—yang menjadi bukti bahwa pendidikan agama kembali pada hakikat esensinya, yaitu sebagai pembentuk kecerdasan spiritual tanpa membebani kekuatan materi masyarakat.
Baca Juga: Kisah Unik Pesantren Metal di Cilacap yang Ternyata Dihuni Mantan Preman Jawa Tengah
Melansir Penelitian Skripsi dari Ragis Suganda tahun 2024, diketahui bahwa Pesantren Uniq Surabaya ini didirikan Iyus Sugiman atau Kyai Haji Muhammad Ghufron al-Bantani pada tahun 1999. Namun, beliau lebih termahsyur dengan sebutan Abuya Ghufron. Apakah Anda masih mengingat nama tersebut belakangan lalu? Jika iya, Anda pasti punya ingatan yang cukup handal.
Sebagaimana diketahui, Abuya Ghufron ini viral belakangan lalu karena mengklaim bahwa dirinya bisa berbicara dengan semut dan bahkan dengan malaikat maut. Alih-alih disebut hebat, framing tersebut justru menyulut emosi publik, yang pada akhirnya melabeli Abuya Ghufron ini menyebarkan ajaran sesat karena syiar agamanya dianggap aneh.
Meskipun begitu, beliau telah membuat pernyataan maaf kepada publik atas segala kegaduhan yang terjadi. Beliau menampik bahwa hal tersebut adalah sesat, mengingat filosofi filsafat bahasa yang kemudian memberi kesan hiperbolis yang disalahartikan karena kekeliruan interpretasi, sehingga menjadikannya multitafsir.
Baca Juga: Jadi Salah Satu Sekolah Terunik di Dunia, Ini Fakta Menarik Sanggar Anak Alam Yogyakarta
Melansir informasi dari Blog Irfan Maulana 82, diketahui bahwa tujuan pendirian pesantren UNIQ Surabaya ini adalah sebagai upaya perbaikan komunitas santri yang ber-notabene berasal dari beragam latar belakang—banyak dari mereka adalah yatim-piatu, kaum dhuafa, gelandangan, pencuri, pemabuk, penjudi, dan lain sebagainya.
Selain menjadi tempat ternyaman bagi mereka, ada satu sisi keunikan lain di Pesantren UNIQ Surabaya, lho! Apakah Anda tertarik untuk menerima fakta mengejutkan ini?
Biasanya, Pesantren lainnya di Indonesia berbentuk bangunan mega struktur yang mewah dan megah, apalagi dengan segenap fasilitas yang tiada dua. Tapi, pondok ini mungkin agaknya sedikit berbeda karena dibangun di atas tanah yang hanya berukuran 22 x 2 meter persegi. Bagaimana, apakah Anda terkejut membaca fakta ini?
Baca Juga: Letaknya di Perut Bumi Jawa Timur? Pesantren Bawah Tanah Tuban Ini Dulunya Tempat Pembuangan Sampah
Bangunan dengan ukuran 22 x 2 meter persegi ini terletak di sebuah gang kecil dan memiliki tinggi empat lantai—yang bahkan di halamannya juga terdapat satu stan untuk berjualan es.
Desain bangunan pun tidak neko-neko, bahkan terlihat seperti rumah warga pada umumnya, ditambah lagi sentuhan kere atau penutup rumah yang hanya bertuliskan ‘Yayasan Pondok Pesantren Uniq Indonesia”.
Terlihat sangat sederhana, namun Pondok Pesantren UNIQ di Surabaya yang dulu dikenal sebagai sarang penyamun, kini telah menjelma menjadi sarang santri. Lalu, bagaimana aktivitas santri-santri disana—terlebih dengan bangunan yang sangat sederhana itu?
Qusairi, selaku santri senior di Pesantren Uniq, menyebutkan bahwa aktivitas di Pondok Pesantren ini sama seperti dengan pondok Nahdlatul Ulama pada umumnya, yaitu berakidah Ahlussunnah wal jama’ah asy’ariyyah Maturidiyyah, yang berpedoman pada al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’, Qiyas, dan mahdzab Syafi’i.
Beliau juga menyebutkan bahwa di Pondok Pesantren itu juga membuka kelas TPA secara gratis untuk SD hingga SMA pada sore hari. Biasanya, anak SD di sana akan belajar iqro, sedangkan untuk anak SMP-SMA akan belajar al-Qur’an.
Setelah kegiatan belajar-mengajar itu usai, aktivitas kajian santri di sini juga berjalan normal, yaitu kegiatan pembacaan al-Qur’an 30 juz secara bergilir, bersholawat atau Majmu’atul Maulidiyah, dan mengaji surat-surat pilihan—oleh 3 orang selama 24 jam bergilir tanpa henti.
Pada hari tertentu seperti pada malam Jum’at kliwon tepatnya pada Ba’da Isya’, para santri juga diwajibkan untuk membaca sholawat badar, mahalul qiyam, pembacaan yasin, dan diberlanjutkan dengan kajian-kajian agama lainnya.
Begitulah aktivitas di pesantren ini, tidak ada kegiatan yang mencolok di Pondok Pesantren UNIQ Surabaya ini, karena tidak ada yang menyimpang dari amaliah Nahdlatul Ulama. Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk menimba ilmu di pesantren ini? ***