
inNalar.com – Karakter anak muda jaman sekarang memanglah rumit. Kalau bukan terlalu cuek, ya terlalu aktif; kalau bukan kecanduan gawai, ya terlalu vokal di medsos. Untungnya, Pemerintah Daerah (Pemda) Jawa Barat (Jabar) membesut program pendidikan karakter bernama “Pancawaluya Jabar Istimewa”.
Gebrakan monumental ini mencuat viral dan melegenda di dunia. Dan betul saja, sebanyak 274 siswa SMA/SMK di Jawa Barat kini tengah menjalani bootcamp versi lebih milenial.
Eits, mereka bukan dilatih untuk menjadi seperti Idol K-Pop, ya! Disini, siswa SMA/SMK ini akan ditempa agar bisa lulus dengan predikat Pancawaluya; cageur (sehat), bageur (baik), bener (jujur), pinter (cerdas), dan singer (terampil). Bagaimana, apakah kalian tertarik?
Kegiatan yang akan berlangsung selama 28 hari ini adalah program yang dikemas dalam satu kemitraan glamor antara Pemda Jabar dan Kodam III/Siliwangi, lho! Jadi, para siswa ini diundang untuk tinggal di asrama, ikut latihan fisik, ikut diskusi moral, dan masih banyak lagi.
Pertanyaannya adalah; jika program pendidikan karakter ini bertujuan untuk membina para siswa se-Jabar agar berkelakuan baik sesuai standar negara, lalu bagaimana setelah kegiatan ini usai dan mereka masih nakal, apa perlu memanggil Paspampers juga?
Nah, tentu saja jawabannya tidak, ya! Jika dalam 28 hari para siswa belum tercerahkan, maka program ini bisa diperpanjang seperti promo kartu pascabayar, karena ada pembinaan tambahan selama tiga bulan dari Babinsa dan Bhabinkamtibmas.
Baca Juga: Terjemah Teks ‘Are Social Media Platforms Safe?’, Bahasa Inggris Kelas 12 SMA Kurikulum Merdeka
Herman Suryatman, selaku Sekda Jabar, menyebutkan bahwa program ini dirasa efektif untuk membentuk karakter siswa, meskipun dilakukan dengan pendekatan yang berbasis militer.
Bagaimana menurutmu? Mungkinkah tersemat di benak bahwa ada kelas “cara menyampaikan pendapat tanpa terdengar pembangkang?”
Mungkin saja tebakanmu benar, tapi program ini bisa dibilang adalah kombinasi antara pramuka dan wajib militer versi lokal dengan standar TNI tapi minus tenda. Polanya cukup sederhana, 40% motivasi dan 60% aktivitas fisik.
Baca Juga: Karakter Dosbing Jokowi, Ir. Kasmudjo, Dibongkar Netizen Centang Biru, Ternyata Begini Sosoknya
Tentu saja, program pendidikan karakter ini banyak menuai kontroversi dan suara miring.
Pertanyaan bernada satire kerap kali muncul seperti “apakah ini bentuk militerisasi remaja?”, atau “apakah kini barak adalah sekolah alternatif karena kurikulum tidak sanggup membentuk karakter?”
Tapi tenang saja, Kak Seto sang legenda perlindungan anak, sudah turun gunung, kok! Beliau telah melakukan inspeksi ke barak demi memastikan bahwa tidak ada unsur yang dianggap ‘nyeleneh’ disana.
Kata beliau, meskipun di barak, 274 siswa dan para siswa lainnya nanti tetap mendapat hak menyuarakan pendapat meskipun pendapat itu mungkin masih dibungkus dalam format hormat dan izin berbicara.
Tidak semenakutkan itu, kan? Bahkan untuk pendampingan anak, ada para Psikolog yang dilibatkan, lho!
Usut punya usut, para pelatih nantinya juga akan melakukan pendekatan dengan bahasa anak. Entah itu berarti pelatihnya bicara dengan slang Gen Z atau mengganti kata ‘disiplin’ jadi ‘healing terarah’. Kalau penasaran, silahkan dicoba, ya!
Baca Juga: Dedi Mulyadi Beri Santunan Korban Ledakan Amunisi di Garut, Nominalnya Fantastis
Terlepas dari semua pro dan kontra, program pendidikan karakter ini adalah solusi yang efektif atas segala bentuk keresahan struktural yang tidak kunjung usai: sistem pendidikan yang terus berganti, keluarga yang kewalahan, dan anak muda yang lebih paham algoritma TikTok daripada ‘beretika’.
Jadi, kalau bisa membangun karakter bisa diselesaikan selama kurun waktu 28 hari plus bonus tiga bulan pembinaan, kenapa tidak? Siapa tahu, tahun depan ada versi baru seperti Pancawaluya Jabar Goes International, kan? ***