Pendapatan UMKM Legendaris Medan Ini Menciut Gegara Pembangunan Jalan Tol di Sumatera Utara Senilai Rp4 Triliun, Benarkah?


inNalar.com –
Pemerintah RI getol merealisasikan sejumlah proyek strategis nasional jalan tol di Sumatera Utara demi pembangunan ekonomi daerah, tanpa terkecuali dilakukan di Medan.

Namun cukup berbeda hasilnya dengan apa yang terjadi pada UMKM legendaris yang berada di Kota Medan usai pembangunan jalan tol di Sumatera Utara direalisasikan.

Jika normalnya pembangunan infrastruktur ini mendorong geliat ekonomi daerah sekitar lokasi proyek.

Baca Juga: Gak Cuma Ruwet Pembebasan Lahan, Jalan Tol Rp1,6 Triliun di Medan, Sumatera Utara Ini Sempat Ekstra Disorot Gegara Masalah Ini

Anehnya tidak dengan apa yang dialami oleh UMKM skala kecil dan menengah di Pasar Bengkel Medan ini.

Efikasi pembangunan Jalan Tol Medan-Tebing Tinggi di Sumatera Utara ini menjadi dipertanyakan.

Hal tersebut terungkap setelah adanya penelitian studi kasus yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Finansial Indonesia.

Baca Juga: Balada Alihfungsi Hutan Kaltim Demi Megaproyek Jalan Tol di Balikpapan Berujung Ganti Rugi Lahan ‘Penguasa’ Tanah Negara

Sejak pembangunan infrastruktur jalan raya bebas hambatan ini, diketahui ada penurunan tingkat pendapatan secara drastis.

Lebih terangnya, cuan para pengusaha di Pasar Bengkel ini menciut hingga 50 persen, berdasarkan pantauan data tahun 2019.

Sebagai informasi terlebih dahulu, Pasar Bengkel adalah tempat belanja oleh-oleh warga Sumatera Utara saat bertandang ke Serdang Bedagai.

Baca Juga: Tak Hanya Biayanya yang Membengkak, Tol Probolinggo Banyuwangi Juga Sempat Terganjal oleh Masalah…

Letak pasar ini berada di Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum), tepatnya berada di daerah Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Para pengusaha di pusat jajanan tersebut mengungkap bahwa sejak adanya pembangunan ruas tol ini banyak bisnis yang tutup.

Selain itu, intensitas angkutan pribadi maupun transportasi publik semakin menurun sejak pembangunan Jalan Tol Medan-Tebing Tinggi di Sumatera Utara.

Padahal UMKM mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah RI karena memang geliat ekonominya sangat berpengaruh pada daerah sekitar.

“Pendapatan per kapita dari UMKM pasar bengkel yang menurun drastis sampai 50% pendapatan perbulan,” dikutip dari penelitian yang tentang pengaruh pembangunan jalan tol Medan-Tebing Tinggi.

Sebagai gambaran, dahulu hasil penjualan dodol yang menjadi primadona utama pasar ini bisa menjual hingga 20 kilogram setiap harinya.

Dalam tujuh jam, pendapatan yang bisa diraup mencapai Rp2 juta, tetapi tidak lagi usai adanya pembangunan jalan tol di Sumatera Utara ini.

Sejak adanya megaproyek ini, pengusaha di pasar ini hanya mentok berhasil menjual 3 kilogram.

Mirisnya penjualan kripik yang tadinya bisa terjual rata-rata 50 bungkus perhari langsung turun drastis cuma 3 bungkus.

Total penjualan dalam durasi 7 jam dalam sehari juga langsung merosot tajam hingga hanya menyisakan rata-rata penjualan Rp60 ribu per bulan.

Bahkan setidaknya ada sekitar 30 toko di Pasar Bengkel yang akhirnya mengalami gulung tikar.

Demikian halnya dengan perkembangan jumlah tenaga kerja sebelum dan setelah megaproyek Jalan Tol Medan-Bukit Tinggi.

Jika tadinya tercatat sebanyak 79 karyawan bekerja di deretan toko yang ada di pasar tersebut.

Namun setelah megaproyek ini dibangun, jumlah karyawan yang bertahan tersisa 59 pekerja.

Penghitungan total karyawan diambil dari sampel 36 toko yang tersebar di Pasar Bengkel.

Kendati demikian, peralihan gaya penjualan sistem ofline menjadi online muncul sebagai tren baru di kalangan UMKM tersebut.

Tidak dipungkiri, kemacetan semakinn berkurang di sekitar pasar tersebut.

Perlu adanya kebijakan dan perlakuan khusus untuk memperbaiki keadaan tersebut agar tujuan pembangunan infrastruktur bisa tepat sasaran.

Sebagai informasi tambahan, megaproyek Jalan Tol Medan-Bukit Tinggi ini pembangunannya menyedot biaya investasi sebesar Rp4 triliun.***

Rekomendasi