

inNalar.com – PT Petrosea Tbk (PTRO) berhasil menumbuhkan pendapatan perusahaan pada kuartal III tahun 2023.
Salah satu penopang kinerja moncernya adalah Proyek Pabrik Tailing yang pasokannya berasal dari tambang emas di Halmahera Utara, Maluku Utara.
Proyek tersebut menjadi penanda milestone yang mengimplementasikan upaya diversifikasi perusahaan ke sektor emas.
Dalam proses realisasi proyek tersebut, perusahaan menjalin kemitraan strategis bersama PT Santana Rekso Nindhana.
Jadi ruang lingkup pengerjaan proyek ini, PTRO akan membangun, merawat, dan mengelola pabrik pengolahan tailing guna menghasilkan emas dore bullion.
Jadi nantinya pabrik tailing tersebut dibangun di area tambang emas kepunyaan PT Nusa Halmahera Minerals.
Lokasi tepatnya, site tersebut berada di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.
Penandatanganan kerja sama tersebut diketahui telah dijalin oleh Petrosea dan PT Santana Rekso Nidhana sejak 9 Februari 2022.
Adapun penghitungan estimasi nilai investasi dalam garapannya diperkirakan sebesar US$ 247 juta.
Apabila dirupiahkan dengan kurs terkini Rp15.816,40 maka perhitungan total kontraknya mencapai Rp3,9 triliun.
Jadi posisi Petrosea di sini sebagai kontraktor yang membangun dan menyediakan pabrik pengolahan tailing yang beroperasi untuk menghasilkan emas.
Adapun lokasi proyek pembangunannya akan berdekatan dengan tambang emas di Maluku Utara.
Kelanjutannya pada 18 Juli 2022, Petrosea menandatangani perjanjian manajemen dan pemeliharaan Pabrik Tailing Emas bersama PT Santana Rekso Nidhana.
Hingga akhirnya pada 4 Agustus 2023, kedua belah pihak kembali menandatangani perjanjian penyelesaian tersebut dan mencatatkan piutang sebesar US$ 70,43 juta yang tercatat sebagai piutang.
Ambisi menghasilkan emas dore bullion pertamanya, ternyata produk komoditas tersebut memiliki nilai yang cukup tinggi.
Sehingga emas ini dinilai prospektif untuk menjadi salah satu produk investasi yang nilainya menjanjikan.
Sejalan dengan strategi diversifikasi perusahaan ke sektor emas, pendapatan perusahaan PTRO juga mengalami peningkatan sebesar 27 persen menjadi US$ 418 juta.
Sementara untuk tahun pembukuan sebelumnya pada periode serupa, pendapatan perusahaan sebesar US$ 329 juta.
Namun sayangnya biaya beban pengeluaran emiten ikut membengkat, sehingga catatan laba bersih perusahaan turun dari US$ 30,96 juta.
Selanjutnya pada kinerja keuangan sembilan bulan di tahun 2023, Petrosea hanya mampu catatkan US$ 10,74 juta.***