

inNalar.com – Harita Nickel menjadi salah satu perusahaan pertambangan yang tengah menyaksikan kegemilangan cuan usai smelter nikel melesatkan value produknya.
Pendapatan emiten berkode NCKL ini langsung tumbuh 135 persen usai dua smelter nikel garapannya telah beroperasi di kawasan industri terintegrasi Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Berdasarkan catatan pelaporan keuangan perusahaan per kuartal III tahun 2023 di IDX, perusahaan ini berhasil raup pendapatan hingga Rp17,29 triliun.
Baca Juga: Digugat 7.448 M2, Tanah Bandara di Gorontalo Ini Kena Sengketa Setelah 8 Tahun Diresmikan
Pencapaiannya melesat jauh karena di tahun sebelumnya, perusahaan hanya meraih cuan sebesar Rp7,35 triliun.
Lebih merinci lagi, sektor usaha yang paling bergairah bukan dari pertambangannya, melainkan pada segmen pengolahan nikelnya.
Apabila menilik segmen operasi pengolahan nikel pada tahun 2022, Harita Nickel meraup pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp5,5 triliun.
Hanya berjarak setahun pembukuan, cuan dari segmen pengolahan nikel di tahun 2023 menanjak hingga Rp14,86 triliun.
Kenaikan ini ikut didongkrak pula dengan peningkatan hasil produksi tambang yang semula hanya meraih pendapatan sebesar Rp2,92 triliun.
Pada tahun berikutnya, pendapatan sektor penambangan ikut melesar hingga Rp5,49 triliun.
Melesatnya kinerja keuangan kuartal III tahun 2023 ini didukung dengan mulai operasinya produksi smelter nikel di Maluku Utara dengan kapasitas penuh.
Sejauh ini, Harita Nickel diketahui telah membangun dua unit pabrik pemurnian dan pengolahan nikel saprolit dan limonite senilai Rp32,8 triliun.
Fasilitas smelter pertama perseroan telah beroperasi sejak 2016 dan telah menjadi jalur produksi perusahaan sejak lama.
Kemudian Smelter feronikel yang mulai operasional sejak 2022 pun juga telah menyumbang andil capaian produksi NCKL tahun 2023.
Sebagai lanjutan dari proyek pembangunan pabrik sebelumnya, rencananya Harita Nickel tengah menyiapkan smelter HPAL kedua di kawasan terintegrasi Obi agar bisa memasifkan produksi di sepanjang 2024.
Jadi yang semula kemampuan produksi pertamanya sebesar 37.000 ton, dengan adanya penambahan produksi di tahun 2023, NCKL mampu lesatkan produksi hingga 56.000 ton nikel.
Adapun dengan adanya penambahan smelter HPAL kedua di tahun ini, maka kapasitas produksi perusahaan bisa tembus 120.000 ton nikel.
Fasilitas terbaru ini nantinya akan memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang bisa menjadi pasokan bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sebagai informasi tambahan, dari kegemilangan kinerja produksi dan penjualan komoditas utamanya Harita Nickel mampu catatkan laba bersih hingga Rp5,66 triliun.
Apabila smelter nikel HPAL tahap selanjutnya berhasil beroperasi di tahun ini, tentu bukan tidak mungkin pendapatan di tahun selanjutnya semakin cerah seiring aktifnya keseluruhan jalur produksinya. ***