

inNalar.com – Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 di Indonesia kian hari semakin dekat waktunya.
Pemilihan Presiden periode 2024 sampai dengan 2029 mulai diraimakan dengan hadirnya tiga nama calon Presiden RI.
Ketiga nama calon presiden di pemilu 2024 kali ini adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
Dari ketiga anma tersebut, masing-masing memiliki visi dan misi yang berbeda untuk membawa nama Indonesia kedepannya.
Visi dan misi ketiga calon presiden di pilpres 2024 kali ini pun seringkali menjadi sorotan publik.
Selain visi dan misi, yang seringkali menjadi sorotan publik adalah janji-janji politik para capres dan cawapres.
Sebab, dari janji politik tersebut, masyarakat dapat menilai strategi ketiga calon presiden dan wakil presiden dalam memimpin Indonesia kedepannya.
Nah, khusus dalam artikel inNalar.com kali ini, akan dibahas terkait janji politik dari capres nomor urut tiga, yakni Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo merupakan capres nomor urut tiga yang diusung oleh fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan).
Selain PDI, Ganjar Pranowo juga diusung bersama oleh fraksi Partai Perindo, PPP, dan Partai Hanura.
Menurut informasi yang dilansir dari laman Antara, Ganjar mengusulkan gaji guru dinaikkan menjadi Rp30 juta.
Gagasan terkait kenaikan gaji guru Rp30 juta yang diusulkan Ganjar Pranowo tersebut dinilai untuk kepentingan pembangunan SDM.
Baca Juga: Momen Ibu dan Anak Umur 15 Bulan Bercanda Berujung Keringat Dingin, Auto Panik Sih Kalo Ini!
Sebab, guru merupakan seseorang yang sangt berjasa untuk mendidik generasi penerus bangsa.
Maka, kinerja mereka harus diapresiasi dengan sebaik mungkin.
Namun, apakah rencana atau gagasan kenaikan gaji guru sampai Rp30 juta tersebut dapat direalisasikan dengan keadaan ekonomi Indonesia saat ini.
Apakah rencana tersebut realistis?
Baca Juga: Tak Sampai Rp1 Juta, Tunjangan Jabatan Pemadam Kebakaran Ternyata Cuma Ratusan Ribu, Tertinggi Rp…
Persoalan tersebut masih menjadi teka-teki publik hingga saat ini, jika benar adanya maka para guru dipastikan akan sangat sejahtera.
Namun, dengan keadaan ataupun kondisi ekonomi Indonesia yang seperti ini, gagasan tersebut dinilai publik sangat tidak realistik.***