

inNalar.com – Bapak Soeharto adalah sosok presiden Republik Indonesia yang menjabat selama 32 tahun.
Soeharto menempati jabatan sebagai presiden sejak tahun 1967 hingga tahun 1998.
Sejak awal pemerintahan Soeharto hingga menjelang kemundurannya, banyak sekali hal kontroversial yang terjadi.
Baca Juga: Bongkar Filosofi Pembentuk Karakter Seorang Soeharto yang Hidup Bersama Mantri Tani
Dikutip inNalar.com dari buku berjudul Biografi daripada Soeharto yang ditulis oleh A. Yogaswara, ada banyak krisis hingga Soeharto mengundurkan diri.
Di antaranya adalah krisis moneter yang paling parah sepanjang sejarah.
Pada masa pemerintahan Soeharto, ekonomi Indonesia mencapai titik terendahnya.
Baca Juga: Unjuk Keterampilan dalam Militer, Soeharto Sempat Bongkar Rahasia Dibalik Serangan Umum 1 Maret 1949
Krisis moneter yang terjadi bahkan lebih panjang daripada yang dialami Thailand dan Korea Selatan.
Ditambah, sikap keras kepala Soeharto yang tidak mau menerima bantuan dari negara asing.
Sejak itu, banyak rakyat yang berbalik 180 derajat, dan menarik dukungan mereka untuknya.
Selain krisis moneter, masa pemerintahan Soeharto adalah masa dimana keamanan internal Indonesia tidak kondusif.
Saat keadaan tanah air begitu parahnya, ia malah terbang ke Mesir seolah menunjukkan bahwa Indonesia baik-baik saja di bawah kendalinya.
Tak seperti harapan Soeharto, konflik dan kerusuhan yang terjadi di bumi Nusantara semakin menjadi-jadi.
Beberapa mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak aparat kepolisian.
Tak hanya itu, pembantaian rakyat etnis Tionghoa juga telah menyebar ke berbagai penjuru daerah Indonesia.
Soeharto akhirnya kembali dari Mesir, ia berjanji untuk mengubah kabinet, tapi bukan itu keinginan rakyat.
14 menteri hingga orang terdekatnya hengkang, tak mau mencampuri urusan kabinet lagi.
Pada 21 Mei 1998, bukannya membacakan kabinet baru, Soeharto justru mengumumkan bahwa dirinya telah berhenti menjadi presiden.
Wejangan (nasihat) Soeharto untuk Anak Disabilitas
Meski banyak kontroversi mengenai detail-detail kemundurannya dari jabatan, kita harus mengingat momen satu ini.
Pada Hari Anak Nasional, tanggal 13 Juli 1994, Soeharto melakukan temu wicara dengan anak-anak di Istana.
Dilansir inNalar.com dari salah satu video YouTube yang diunggah oleh akun @President Files, berikut kisahnya.
Anak bernama Erwin Rohadi dari NTB tersebut dengan berani mengangkat tangan mengajukan pertanyaan pada pak Soeharto.
Ia bertanya, apakah orang cacat atau disabilitas bisa menjadi seorang dokter?
“Orang cacat bisa jadi dokter, kenapa tidak?,” jawab Soeharto.
Ia lantas memberi wejangan khususnya kepada anak-anak disabilitas bahwa cacat tubuh tidak bisa menghalanginya meraih cita-cita.
Beberapa tahun sebelum itu, tepatnya tanggal 17 Januari tahun 1975, Soeharto telah meresmikan Sanggar Karya Industri Penderita Cacat atau Disabilitas.
Sanggar tersebut bernama “Swa Prasidya Purna” yang terletak di Cempaka Putih, Jakarta.***