

inNalar.com – Selama 32 tahun menduduki kursi kepresidenan, Soeharto menjadi sosok pemimpin yang tidak dapat digoncangkan.
Akan tetapi, kekuasaan tersebut mulai lengser sejak adanya krisis ekonomi menyerang tanah air.
Hal ini dimulai sejak pertengahan tahun 1997 lalu dimana harga-harga dalam negeri melambung tinggi.
Sejak saat itu, para mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat mulai menuntut penurunan harga kepada sang presiden.
Sayangnya, pada tanggal 4 Mei 1998 Soeharto malah menaikkan harga BBM dan tarif listrik sehingga seolah-olah sedang menantang aksi mahasiswa yang unjuk rasa.
Kemudian berlanjut pada Rabu, 20 Mei 1998 di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta ribuan mahasiswa melakukan demonstrasi.
Mereka menuntut untuk segera melakukan reformasi kepada pemerintahan. Tidak terkecuali agar Soeharto turun dari kursi presiden.
Kondisi tersebut membuat presiden mengundang 9 tokoh muslim untuk mendengarkan pandangan dari mereka.
Pertemuan ini dilakukan di Istana Merdeka kemudian disiarkan langsung juga oleh televisi.
Hasilnya, sang presiden membentuk Komite Reformasi, memutuskan untuk mempercepat pemilu, serta tidak bersedia kembali dicalonkan sebagai presiden.
Selain itu, presiden juga memutuskan untuk merombak Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi.
Era Presiden Soeharto Mengundurkan Diri
Soeharto akhirnya benar-benar melepas jabatannya yang selama 32 tahun sudah berada di dalam genggamannya.
Tepat pada Kamis 21 Mei 1998 presiden kedua dari Republik Indonesia tersebut akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya.
Soeharto mendapatkan tekanan ekonomi, politik, hingga unjuk rasa dari berbagai kalangan. Belum lagi mahasiswa yang terus menuntut adanya reformasi.
Adanya berbagai masalah tersebut yang memaksakan era Orde Baru menyelesaikan jabatannya.
Hingga akhirnya sesuai dengan aturan konstitusi, Wakil Presiden BJ Habibie yang akan melanjutkan kepemimpinan tersebut.
Baca Juga: Keras Kepala dan Suka Menantang, Kemunduran Soeharto Diduga Ada Campur Tangan Amerika Serikat?
Pidato kemunduran diri sang presiden dibacakan di Istana Merdeka. Tepatnya pada pukul 09.00 WIB.
Isi pidato tersebut menyampaikan bahwa Soeharto mengakui langkah ini diambil setelah melihat perkembangan dan situasi terkini secara nasional kala itu.
Berita kemunduran sang presiden tersebut pun mendapatkan sambutan kegembiraan dari masyarakat.
Akan tetapi, masih ada banyak masyarakat yang terus mengenangnya sebagai pemimpin yang sangat berjasa bagi tanah air.
Dengan lengsernya presiden dari jabatan tersebut, maka hal ini dijadikan sebagai hari reformasi Indonesia.***