

inNalar.com – Pembangunan jalan tol di Pulau Jawa masih terus dilakukan hingga saat ini. Salah satunya adalah Jalan Tol Semarang-Demak.
Sesuai dengan namanya, Jalan Tol Semarang-Demak ini menghubungkan antara Kota Semarang, Jawa Tengah dan Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Dibangunnya Jalan Tol Semarang-Demak ini adalah untuk semakin melengkapi konektivitas jalan di Jawa Tengah bagian utara.
Baca Juga: Andalkan UMKM, Desa Wisata di Bandung Jawa Barat Ini Tumbuh Menjadi Markas Ampuh Pelepas Penat!
Selain itu, Jalan Tol Semarang-Demak ini nantinya juga akan terhubung ke kawasan strategis seperti bandara, pelabuhan, kawasan wisata religi, maupun kawasan industri.
Pembangunan dari Tol Semarang-Demak ini sudah dimulai sejak tahun 2019 lalu.
Dilansir inNalar.com dari Kementerian PUPR, proyek jalan ini membentang sepanjang 26,95 km dengan pembangunannya dibagi dalam dua seksi.
Seksi 1 merupakan ruas Semarang-Kaligawe-Sayung dengan panjang sekitar 10,64 km dengan biaya mencapai Rp 10,56 triliun dan merupakan porsi pemerintah.
Kemudian, seksi 2 sepanjang 16,31 km yang menghubungkan antara Sayung-Demak menghabiskan biaya sekitar Rp 5,9 triliun.
Pengerjaan seksi ini dilakukan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Pembangunan Perumahan Semarang-Demak – PT WIKA Konsorsium Maratama-Studi Teknik (KSO) dengan konsultan supervisi PT Virama Karya (Persero).
Pembangunan seksi 2 dari proyek ini sudah selesai pada tahun 2021 dan diresmikan pada tahun 2022 lalu.
Sedankan, seksi 1 dari Jalan Tol Semarang-Demak ini baru dilaksanakan pada akhir tahun 2022 dan ditargetkan selesai pada tahun 2024.
Seksi 1 jalan ini meliputi elevated freeway & slab on pile, tanggul laut, dan kolam retensi.
Oleh karena itu, Jalan Tol Semarang-Demak ini juga difungsikan sebagai tanggul laut dan penanggulangan banjir rob.
Selain itu, Jalan Tol Semarang-Demak ini juga digunakan untuk mengatasi banjir juga genangan air yang menjadi masalah di Provinsi Jawa Tengah selama ini.
Pembangunan jalan tol biasanya dilakukan dengan menggunakan bahan beton atau aspal dan dilakukan di atas lahan padat.
Namun, berbeda dengan lainnya, bagian dari proyek ini justru dibangun di atas laut dengan menggunakan bambu sebagai matras.
STRUKTUR BAMBU YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATRAS JALAN TOL SEMARANG-DEMAK
Teknologi matras bambu digunakan di sebagian seksi 1, yakni sepanjang 6,7 km.
Tahap awal menggunakan teknologi ini adalah dengan menancapkan tujuh batang bambu yang diikat menjadi satu dengan jarak masing-masing ikatan sekitar satu meter dan lebar 150 meter.
Selanjutnya, empat batang bambu dirakit menjadi satu dan diikat ke batang yang sudah ditancapkan sebelumnya. Tiap rakitan tersebut memiliki jarak sekitar 40 cm.
Adapun bambu yang digunakan memiliki panjang kurang lebih 10 meter dengan diameter minimal 10 cm atau yang sudah berusia tiga tahun.
Namun, pembangunan matras Jalan Tol Semarang-Demak ini tidak hanya berhenti disana.
Nantinya, rakitan bambu yang sudah membentang ini kemudian dihampar geotextile 200 kilo newton.
Kemudian, rakitan tersebut ditimbun pasir laut sehingga matras akan turun hingga menyentuh dasar laut. Proses ini terus diulang hingga jumlah lapisan matras bambu mencapai 17 lapis.
Adapun penimbunan pasir ini dilakukan dengan menggunakan Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD).
Setidaknya, ada 10 juta batang bambu digunakan dalam pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak ini.
Penggunaan bambu sebagai matras ini dilakukan karena kondisi tanah di dasar laut sangat lunak.
Sebelum diputuskan tanaman satu ini menjadi matras Jalan Tol Semarang-Demak, sudah dilakukan pengujian kekuatan bambu untuk peningkatan daya dukung tanah dasar.
Pengujian ini diprakarsai oleh PT Pembangunan Perumahan Semarang-Demak (PPSD) dan didukung oleh PT Lapi ITB sebagai perencana Rincian Teknik Akhir Jalan Tol Semarang-Demak seksi 1.***