

inNalar.com – Di pelosok Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, terdapat sebuah desa unik yang menawarkan jaminan hidup serba gratis bagi warganya. Mulai dari makanan sehari-hari, pendidikan hingga akses layanan kesehatan.
Bicara soal gratis, tentunya mereka tidak hidup cuma-cuma sebagai pengangguran, lantas diberikan jaminan dan fasilitas hidup setiap hari. Tetapi mereka menjalankan sistem kolektif atas dasar kasih sayang.
Tak heran, desa tersebut dijuluki “kampung kasih sayang” atau Matfa, yaitu akronim dari “Majelis Ta’lim Fardhu”, yang diklaim oleh sebagai orang, sebagai bentuk menjalankan nilai nilai spritual islam dalam kehidupan bersosial.
Baca Juga: Cantik Eksotis! Standar Kecantikan Wanita di Desa Mentawai, Sumatera Barat Ini Sungguh Tak Biasa
Di era kehidupan modern yang serba kompetitif dan individualis, Matfa menjadi salah satu kampung unik yang solideritasnya patut diapresiasi dan dicontoh oleh berbagai daerah di tanah air.
Kampung Matfa Menyatukan Perbedaan
Sekitar 837,1 km dari Padang, Ibu Kota Sumatera Barat, Kampung Matfa terletak di Kabupaten Langkat, Tepatnya, Dusun III Darat Hulu, Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan.
Dilansir dari channel YouTube Bona Pasogit Documentary, kampung unik tersebut sudah berdiri sejak tahun 2012, dan dihuni oleh sekitar 1.500 jiwa dari berbagai latar belakang suku, seperti Padang, Batak, dan Jawa.
Baca Juga: Bukan Cuma Pengaruh Fisik! Suhu Udara Ternyata Bisa Menjelaskan Kepribadian Seseorang
Bahkan, menurut akun Tiktok @Dionugroho21_22, Mata pencaharian masyarakatnya pun bermacam-macam, seperti: berternak, berkebun, bertani, dan mengelola bisnis kolektif, salah satunya CV. Industri Matfa Indonesia.
Namun keanekaragaman suku dan mata pencaharian, tidak menjadi hambatan, Justru kekeluargaan mereka lebih erat dibandingkan dengan daerah lainnya, sehingga banyak diklaim sebagai cerminan konsep “bhineka tunggal ikka”
Fasilitas Gratis yang Tidak Mengenal Status Sosial
Berbeda dengan daerah pada umumnya, kampung Matfa tidak hanya kental dengan budaya berbagi, tetapi juga tidak mengenal status sosial yang membedakan antara manusia satu dengan yang lainnya.
Baca Juga: Arborek, Desa Wisata Tersembunyi di Raja Ampat dengan Keindahan Laut yang Membius Mata
Seperti halnya, istilah kaya dan miskin, pejabat dan rakyat atau sebagainya. Karena mereka hidup dalam rumah dengan ukuran dan bahan yang sama, serta tidak bersaing dengan pendapatan masing-masing.
Mereka bekerja sesuai potensi yang dimiliki masing-masing dan pendapatannya diberikan kepada baitul maal, untuk menjadi harta bersama yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan bersama.
Setiap pagi, siang, dan sore, ibu-ibu bergotong royong memasak di dapur umum untuk menyiapkan makanan sehari-hari, sehingga tidak akan ada warganya yang menderita, hidup kelaparan.
Selain itu mereka juga menempuh pendidikan secara gratis yang menyediakan berbagai jenjang pendidikan hingga tingkat SMA, jika mereka sakit, mereka berobat secara gratis di “Rumah Sehat”.
Cenderung Menganut Sistem Ekonomi Komunal
Meskipun tidak terlalu familiar, keunikan kampung Matfa sempat menjadi kajian para akademisi dan pakar ekonom, salah satunya penelitian mengenai “Membangun ekonomi kejamaahan berbasis modal sosial” oleh Yafiz (2015).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa salah satu aspek kemandirian dapat dicapai melalui sistem ekonomi komunal atau kolektif, di mana masyarakat dapat berbagi dan bertanggung jawab secara bersama-sama.
Dalam hal ini, pendapatan masyarakat Matfa diserahkan ke baitul maal, dan setiap kebutuhan penduduk didiskusikan dalam musyawarah, mencerminkan nilai kolektif dan transparansi yang tinggi.
Selain itu, menurut pakar sosiolog, Dr. Syahminan (2019), penelitiannya menunujukan bahwa nilai-nilai kebaikan, kesederhanaan, dan kerukunan menjadi fondasi yang memungkinkan desa tersebut bertahan hingga saat ini.
Peran Agama dalam Keberhasilan Kampung Matfa
Agama memainkan peran penting dalam menciptakan kehidupan harmonis di Kampung Matfa. Mayoritas warga yang beragama Islam menjalankan ajaran agama sebagai panduan dalam menjaga persatuan dan persaudaraan.
Warga desa ini patuh terhadap arahan dari Tuan Imam, pemimpin spiritual mereka, yang turut membentuk nilai-nilai spritual, seperti saling peduli dan mengutamakan kebersamaan dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam penelitian Dr. Syahminan dan timnya, tercatat bahwa nilai-nilai agama Islam tidak hanya membentuk norma sosial, tetapi juga manajemen kehidupan di desa ini, terutama melalui sistem Baitul Maal.
Dengan demikian, sistem hidup serba gratis di kampung Matfa tidak hanya mencerminkan solideritas dan kasih sayang, tetapi kesadaran akan tanggung jawab dalam hidup bersama. *** (Gita Yulia)