

inNalar.com – Pembangunan jembatan laut terpanjang di dunia penghubung Pulau Jawa-Sumatera lewat Lampung digadang anti ‘tsunami.
Pemerintah Indonesia tengah gencar membangun proyek-proyek startegis dengan dalih mendorong pertumbuhan ekonomi.
Terkhusus di Pulau Jawa dan Sumatera yang menjadi sentral perekonomian bangsa. Tak elak, jika kedua pulau ini masif akan proyek besar.
Salah satunya adalah rencana pembangunan jembatan laut yang memangkas perjalanan dari Jawa ke Sumatera butuh waktu 3,5 jam menjadi 30 menit.
Kondisi tersebut tentu berdampak positif bagi kedua daerah. Seperti membuka peluang pariwisata hingga menciptakan lapangan kerja baru.
Meski demikian, pemerintah dibayangi dengan anggaran proyek yang begitu tinggi, serta kondisi geografis yang menantang.
Biaya pembangunan jembatan laut terpanjang di dunia penghubung Jawa-Sumatera diperkirakan mencapai Rp 225 triliun.
Sebagai perbandingan, beberapa jembatan termahal di dunia saat ini ada Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Macao (Rp 170 Triliun), Jembatan Great Belt (Rp 140 triliun) dan Jembatan Akashi Kaikyo (Rp 100 triliun).
Tingginya beban biaya tersebut tidak luput dari beberapa faktor berikut:
1. Teknologi
Jembatan tersebut akan menggunakan teknologi konstruksi modern, seperti tahan gempa, badai, tsunami, serta pondasi yang kokoh menahan arus laut.
2. Material Berkualitas
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunannya harus berkualitas tinggi dan tahan lama, seperti baja berkekuatan tinggi dan beton khusus.
3.Kondisi Geografis
Membangun jembatan di atas laut dengan arus kuat dan kedalaman yang tinggi jelas membutuhkan biaya yang tak sedikit.
Meskipun biaya pembangunan sangat tinggi, jembatan laut atau jembatan Selat Sunda ini memberikan manfaat ekonomi yang signifikan dalam jangka panjang.
Lantas apa saja teknolo mutakhir dalam pembangunan jembatan Selat Suda? Berikut ulasan lengkapnya.
Pembangunan jembatan Selat Sunda, yang direncanakan sebagai jembatan laut terpanjang di dunia akan menggunakan teknologi terbaru dan inovatif.
Proyek tersebut menggunakan desain jembatan gantung dengan bentang tengah mencapai 2.200 meter.
Baca Juga: Ada Temuan Bersejarah di Pulau Mungil Bengkulu Seluas 100 M2, Lokasinya di Pesisir Daratan ‘Tikus’
Hal itu untuk memastikan stabilitas dan ketahanan jembatan dari angin serta arus laut.
Untuk menopang bentang tengah, akan dibangun tiang pylon yang sangat tinggi, diprediksi mencapai 380 meter.
Tiang pylon ini menggunakan struktur beton bertulang untuk memastikan ketahanan terhadap beban.
Kemudian, pondasi jembatan laut penghubung Jawa-Sumatera ini bakal menggunakan sistem pondasi caissons yang ditanam jauh di dalam dasar laut.
Caissons tersebut diisi dengan beton dan baja untuk memastikan gaya yang berasal dari struktur jembatan, serta kondisi laut.
Desain jembatan tentu memerhatikan aspek aerodinamika untuk meminimalisir efek angin. Teknologi ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan jembatan saat menghadapi angin kencang.
Sebagai informasi, wacana megaproyek tersebut sejatinya sempat menguat di era Presiden SBY, di mana pada 2009 Gubernur Banten, Lampung dan Pemerintah Pusat akan menguji kelayakan rencana pembangunan.
Proyek jembatan Selat Sunda merupakan salah satu program unggulan pemerintahan SBY saat kampanye.
Sebenarnya proyek ini bukan barang baru, karena sejak era Soekarno pada 1960, Profesor Sedyatmo dari ITB pernah mengusulkan konsep menghubungkan pulau Jawa-Sumatera-Bali (Tri Nusa Bima Sakti)
Tapi entah kenapa, SBY urung menyelesaikan proyek ambisius tersebut hingga jabatannya berakhir pada 2014.
Sementara Jokowi selaku penerus pemerintahan tak berniat melanjutkan megaproyek tersebut.
Di sisi lain, pembangunan jembatan laut terpanjang di dunia ini masih menjadi perbincangan hangat di Indonesia.