Nyaris Mustahil tapi Nyata, Desa di Bali Ini Mayoritas Penduduknya Bisu Sampai 7 Turunan, Apa Penyebabnya?

inNalar-Desa Bengkala yang terletak di provinsi bali kabupaten buleleng ini terkenal dengan sebutan desa kolok atau desa orang bisu. 

Desa Bengkala memiliki penduduk kurang lebih berjumlah 3000 dan 42 orang terlahir dengan gangguan pendengaran. Orang-orang yang terlahir dengan gangguang tersebut di desa bengkalang disebut dengan Kolok. 

Fenomena ini terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena mereka gangguan pendengaran dan bisu ini sudah terjadi sejak mereka lahir dan sudah terjadi lebih dari tujuh generasi.

Baca Juga: Manusia Berubah Jadi Kerbau, Tradisi Unik Asal Banyuwangi Sebagai Simbol Rasa Syukur

Namun saat ini diketahui bahwa gangguan ini merupakan kelainan bawaan yang dikenal dengan recessive non-syndromic deafness. 

Akibat fenomena ini banyka mitos-mitos yang tersebar, salah satunya penyebab fenomena ini adalah pada zama dahulu masyarakat desa bengkala diberi perlakuan semena-mena oleh Raja Sri Maharaja Jayapangus pada 1.178-1.181 masehi.

Karena banyak yang mengidap gangguan tersebut maka sehari-hari warga menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Mereka mempunyai bahasa isyarat lokal yang dikenal dengan kata kolok. 

Baca Juga: Bikin Iri Malaysia, Tradisi Unik di Kalimantan Barat Ini Banjir Wisatawan Asing

Meskipun penelitian fenomena ini telah menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh genetik, tetapi masyarakat masih percaya bahwa fenomena ini merupakan sebuah kutukan mengingat bali yang masih kuat dengan mistisnya.

Selain terkenal dengan fenomena desa tuli, desa bengkala memiliki tarian khasnya. Tarian ini disebut dengan tari jengke kolok yang biasa ditarikan oleh para tunarungu (kolok).

Jika pada umumnya tari-tarian akan diiringi oleh musik, berbeda dengan tarian janger kolok dimana musiklah yang menyesuaikan dengan gerakan penari-penari janger kolok. 

Baca Juga: Menolak Punah, Tinggal di Kampung Kuno Banyumas Ini Bak Pindah ke Dimensi Kerajaan Majapahit

Tarian janger kolok biasanya dibawakan oleh 10 pasang penari perempuan dan laki-laki. Yang kemudian iramanya berdasarkan dari bahasa isyarat. Alat musik yang digunakan ialah cengceng dan kendang sebagai pengiring tarian.

Di desa bengkala terdapat sekolah luar biasa yang beroperasi untuk mengajarkan bahasa isyarat khas desa bengkala. 

Meskipun terdapat juga penduduk yang normal atau tidak memiliki gangguan pendengaran, kehidupan mereka berjalan baik dan harmonis. Para penduduk yang tidak mengidap gangguan tersebut dalam kesehari-hariannya tetap menggunakan bahasa isyarat agar dapat berinteraksi dengan baik. 

Kita yang hidup di negara Indonesia juga memiliki banyak perbedaan antara satu sama lain, adanya perbedaan ini tidak seharunya membuat kita jauh atau bahkan hingga terjadi konflik. Melihat desa bengkala dengan perbedaan yang dimiliki para warganya tidak menjadi alasan mereka untuk terkucilkan, bahkan mereka satu sama lain saling menghargai hingga menciptakan lingkungan yang harmonis. (***Gebriel Hemas)

Rekomendasi