Nilainya 1,68 Miliar USD, PLTU Garapan PT Bukit Asam di Muara Enim Sumatera Selatan Ini Andalkan Teknologi Flue Gas Desulphurization, Apa Efeknya?

inNalar.com – Usai raih status Commercial Operation Date (COD), akhirnya Proyek PLTU yang dibangun di Desa Tanjung Lalang, Kabupaten Muara Enim secara resmi beroperasi.

Pada dasarnya pembangkit listrik yang juga kerap disebut PLTU Mulut Tambang (MT) Sumatera Selatan – 8 ini sudah raih lampu hijau operasi dari PLN sejak 7 Oktober 2023.

Namun pihaknya baru membeberkan perihal pengoperasian infrastruktur ini ke muka publik pada 2 November 2023.

Baca Juga: Diprediksi Telan Dana Rp738 Miliar, BRMS Bangun Pabrik Emas Ketiga di Palu, Penjualan dan Pendapatannya Melonjak Drastis?

Patut bergembira dengan kabar tersebut, karena itu berarti kebutuhan listrik di wilayah Sumatera bakal semakin aman terkendali.

Sebagai informasi terlebih dahulu, PLTU Tanjung Lalang ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) bersama dengan PT Bukit Asam, Tbk (PTBA).

Ditambah lagi garapan infrastruktur penguat ketahanan energi nasional ini juga merupakan hasil gaetannya dengan emiten asal China bernama China Huadian Hongkong Company, Ltd (CHDHK).

Baca Juga: 30 Km dari Mataram, Desa Adat di NTB Ini Bahan Dasar Rumahnya dari Alam, Semua Penduduknya Satu Keturunan?

Adapun Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Muara Enim ini diperkirakan bakal dapat pasokan sumber daya rutin hingga 5,4 juta ton batu bara setiap tahunnya.

Rupanya ada yang unik dari pembangkit listrik ini, infrastruktur bernilai fantastis ini dilengkapi dengan teknologi khusus dalam sistem pengoperasiannya.

Teknologi khusus tersebut bernama Flue Gas Desulfurization (FGD) atau mudahnya bisa juga disebut dengan teknologi desulfurisasi gas.

Baca Juga: Investasi Sentuh Rp12,35 Triliun, Seksi Baru Jalan Tol di Aceh Ini Dilengkapi Terowongan Reptil! Berani Melintas?

“Dalam rangka menekan emisi gas buangnya, PLTU Sumsel 8 juga menerapkan teknologi flue gas desulfurization (FGD),” sebagaimana dikutip inNalar.com dari Kementerian ESDM.

Lantas, seberapa besar efek penerapan teknologi FGD dalam pembangkit listrik MT Sumatera Selatan – 8 ini?

Jadi teknologi FGD ini tujuannya adalah untuk mengurangi kadar belerang di dalam gas buang yang dihasilkan saat proses pembakaran batu bara.

Baca Juga: Sejak 2015 Kementerian PUPR Berhasil Rehabilitasi 29 Pasar di Berbagai Daerah, Salah Satunya Ada di Maluku, Namanya…

Sebab, jika terlalu banyak belerang yang dilepaskan ke udara maka berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan.

Cara kerja FGD ini nantinya bakal menangkap sulfur dalam gas buang sebelum nantinya dilepas ke udara.

Dengan demikian, diharapkan kadar belerang yang keluar dari pembangkit garapan Bukit Asam ini bisa mengurangi dampak pencemaran di lingkungannya.

Baca Juga: Kuras Rp1,45 Triliun, Bendungan Megah di Aceh Ini Bakal Aliri Persawahan 11.950 Hektar hingga Suplai Air Baku untuk 22.848 Jiwa

Upaya ini sejalan dengan ambisi pemerintah dalam mewujudkan net zero emission melalui beberapa terobosan inovatif salah satunya dari segi teknologi processing-nya.

Perlu diketahui, nilai investasi yang telah diserap untuk pembangunan PLTU batu bara ini sebesar 1,6 miliar USD.

Adapun proyek pembangunan ini masuk ke dalam salah satu program ambisius Pembangkit Listrik berkapasitas 35.000 megawatt (MW). ***

 

Rekomendasi