Nilai Proyek Rp716 Miliar, PLTP Terbesar Dunia di Jawa Barat Ini Kapasitasnya Bakal Makin Jumbo

inNalar.com – Kementerian ESDM telah menargetkan penambahan kapasitas sebesar 90 MW Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di sisa tahun 2024.

Kapasitas ini ditambah untuk mempercepat pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber energi bersih sesuai komitmen pemerintah.

Pemanfaatnya melalui penyederhanaan perizinan dan penguatan infrastruktur yang mendukung. Hal ini dilakukan oleh PLN (Persero).

Baca Juga: Sri Mulyani Umumkan Kenaikan PPN 12 Persen, Hashtag Ini Auto Ramai Disuarakan Warganet

Secara rinci, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa penambahan kapasitas ini terdiri dari tiga proyek PLTP.

Proyeknya ditargetkan akan beroperasi pada Desember mendatang.

Tambahan kapasitas PLTP sebesar 90 MW terbagi menjadi beberapa titik, salah satunya di PLTP Salak Binary di Jawa Barat dengan kapasitas 15 MW.

Baca Juga: Launching Program Swasembada Pangan di Banten, Kapolri Listyo Sigit Sampaikan Ini

Progres EPC di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi senilai 716 miliar ini sudah sebesar 95,5%.

Setelah proyek Salak Binary selesai, kapasitas produksi akan meningkat, yang tentunya juga akan menambah kontribusi pendapatan bagi Star Energy dan PT.Barito Pacific Tbk..

Star Energy menjalankan PLTP dan lapangan uap yang kapasitas brutonya mencapai 875 MW. Ia bermitra dengan dua perusahaan milik negara.

Baca Juga: Waduh 85.000 Lebih Peserta Seleksi PPPK Tahap 1 Tidak Lolos Administrasi, Ini Penyebabnya

Kemitraan yang terjalin, yaitu dengan PT Pertamina Geothermal Energy dan PT PLN. perusahaan ini bermitra untuk menyulap energi panas bumi menjadi listrik demi memberi manfaat penerangan ke wilayah Jawa Barat.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat kini menjadi salah satu PLTP terbesar di dunia.

Pembangkit ini terhubung dengan PLTP Darajat berkapasitas 55 MW dan Kamojang sebesar 140 MW dalam unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi Kamojang POMU yang total capacity hingga 375 MW.

Baca Juga: Sah! Setyo Budiyanto Resmi Terpilih Sebagai Ketua KPK Periode 2024-2029, Ini Profil Lengkapnya

Tidak hanya penambahan kapasitas, tetapi juga diharapkan ada realisasi investasi dari pengembang panas bumi. Baik brownfield maupun greenfiled.

Prognosa investasi sebesar USD664 juta diharapkan dapat terealisasi. Sehingga investasi selama 10 tahun terakhir akan mencapai USD5,4 miliar.

Peningkatan return on investment (ROI) sektor energi terbarukan dapat menarik investor. Oleh karenanya, dukungan fiskal serta insentif dari Kemenkeu dan KLHK sangat diperlukan.

Baca Juga: Bandung Overload Sampah, Proyek TPPAS di Jawa Barat yang 22 Tahun Tak Jelas Ini Terancam Lanjut Mangkrak

Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No.112/2022.

Bukan hanya itu, Kementerian ESDM juga mendorong percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Percepatannya dilakukan dengan cara meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri.

Hal ini tertuang melalui Permen Energi Sumber Daya Mineral No.11/2024 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri.

Selama 10 tahun sejak 2014, total capacity yang terpasang 2,6 GW, atau sekitar 11% dari total potensi panas bumi seIndonesia.

Energi panas bumi juga memiliki kontribusi sebesar 5,3% dalam bauran energi. Inilah yang kemudian membuat PLTP ini masuk ke dalam salah satu dari 10 PLTP terbesar di dunia.

Dengan penambahan kapasitas hingga mencapai 90 MW, PLTP seluruhnya mampu menyalurkan listrik ke 1,3 juta rumah.

Yang tidak kalah penting yaitu mampu berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 17,4 juta ton karbon dioksida per tahun.

Hal ini tentu mendukung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia seperti di dalam Paris Agreement.

Hingga penghujung tahun ini, diinformasikan bahwa Pemerintah RI berhasil mengidentifikasi 362 titik panas bumi di wilayah Indonesia. Adapun potensi panasnya mencapai 23,6 GW.(Aliya Farras Prastina)

Rekomendasi