

inNalar.com – Smelter merupakan salah satu sarana prasarana untuk meningkatkan nilai tambah bahan tambang yang sangat melimpah di Indonesia.
Salah satu proyek smelter nikel di Indonesia ini berada di Sulawesi tengah.
Lokasi tepatnya berada di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulteng.
Pembangunannya dimulai pada tahun 2023 dan ditaregetkan rampung pada tahun 2025 mendatang.
Proyek smelter ini diprakarsai oleh PT Bahadopi Nickel Smelting Indonesia yang dikendalikan PT Vale Indonesia Tbk yang bekerja sama dengan Xinhai dan Tisco.
Diketahui bahwa Xinhai dan Tisco merupakan anak perusahaan Baowu Steel Production Company, yakni perusahaan baja asal China.
Nantinya, setelah smelter ini rampung akan memiliki kapasitas 80.000 ton.
Proyek ini akan menjadi smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan emisi karbon terendah kedua di Indonesia.
Diketahui hingga kini smelter RKEF dengan emisi karbon terendah dipegang oleh smelter Sorowako.
Proyek ini memiliki emisi karbon rendah karena penggunaan pembangkit non-batubara.
Proyek ini menjadi bagian dari PSN dengan para mitra yang akan meningkatkan rantai nilai hingga baja tahan karat.
Untuk merealisasikan proyek ini, nilai investasi yang dibutuhkan mencapai Rp37 triliun.
Namun, pada Maret 2023 lalu proyek smelter ini yang tadinya dikendalikan oleh PT Vale Indonesia diambil alih oleh Taixin Singapura.
PT Bahadopi Nickel Smelting Indonesia mengumumkan rencana perubahan pengendali perusahaan.
Dalam rangka meningkatkan modal dasar baik saham seri A dan seri B, saham baru akan diambil oleh satu pihak yang berakibat berubahnya pengendali.
Beberapa saham seri A diambil bagian secara penuh oleh Taixin Pte.Ltd.
Taixin juga akan menjadi pihak yang menyerap saham seri B yang tergolong baru diterbitkan.
Diketahui bahwa perusahaan Taixin merupakan perusahaan asal Singapura.
Secara keseluruhan, 51 persen dari seluruh saham dengan hak suara yang dikeluarkan dan disetor penuh menjadi milik Taixin.***