

inNalar.com – Daerah Batu Hijau merupakan kawasan pertambangan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Tambang Batu Hijau hanya memiliki satu lubang penambangan dimana luas dinding tambangnya adalah 3,7 juta m2.
Sementara itu, Tambang Batu Hijau memiliki lubang tambang dengan diameter 2 km dan kedalaman lubang 600 meter.
Hasil tambang yang bisa ditemukan di dalam area ini berupa logam berharga seperti emas, tembaga, dan perak.
Bahkan, ketiga jenis logam berharga ini bisa ditemukan di permukaan tanah.
Dengan melimpahnya hasil tambang di area Batu Hijau, maka sang pengelola PT Amman Mineral Internasional Tbk atau AMMN tengah membangun sebuah smelter.
Proyek smelter yang dikembangkan oleh AMMN ini dimulai pada tahun 2021 dan ditargetkan akan rampung tahun 2024.
Meskipun begitu, pembangunannya sempat mundur karena adanya pandemi Covid-19.
Pabrik ini dibangun di atas lahan seluas 55 hektar dimana berbagai mesin untuk smelter itu dirakit di berbagai negara.
Baca Juga: Percepat Commisioning Smelter, Jumlah Keuntungan PT Amman Mineral Internasional Anjlok
Berbagai mesin untuk berkntribusi pada operasi smelter ini dirakit di Finlandia, China, dan Amerika Serikat.
Selain itu dalam pembangunannya, PT Amman Mineral Internasional menggunakan teknologi hybrid dari berbagai negara.
Proyek ini nantinya akan memiliki kapasitas porduksi sebesar 222 ribu ton katoda tembaga.
Tak hanya itu, smelter ini nantinya juga akan menghasilkan 17,8 ton emas, 54,7 ton perak dan 830 ribu asam sulfat.
Sebagai informasi, Asam Sulfat sendiri merupakan suatu bahan baku yang dibutuhkan oleh pabrik industri nikel dan pabrik pupuk.
Selain itu, produk yang nantinya juga dihasilkan oleh pabrik ini adalah anoda slime.
Nantinya akan mampu memproduksi berbagai jenis mineral dan logam, tak heran bila biaya investai yang digelontoran mencapai triliunan.
Dilansir inNalar.com dari Antara, dana yang dibutuhkan untuk merealisasikan smelter ini mencapai Rp14,7 triliun. ***