

inNalar.com – Mahkamah Internasional telah memerintahkan Israel untuk mengambil tindakan guna mencegah Genosida selama perang melawan Hamas.
Hal itu adalah keputusan berat yang diambil oleh badan peradilan PBB, yang menuntut Israel menghindari meningkatnya korban sipil.
Sebagai informasi, kasus Genosida ini dibawa ke Den Haag oleh Afrika Selatan dengan alasan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida selama operasi militer Israel.
Meskipun perintah Mahkamah Internasional tidak secara eksplisit menyerukan penghentian permusuhan, gencatan senjata akan menjadi cara yang paling pasti untuk mencegah genosida.
Meskipun begitu, Israel tetap konsisten menyatakan bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil dan berpendapat bahwa serangan Hamas merupakan genosida.
Dilansir inNalar.com dari mainichi.jp, Konvensi Genosida diadopsi sebagai tanggapan atas pembantaian massal orang Yahudi selama Holocaust pada Perang Dunia II.
Baca Juga: Hanya di Shopee Mall! Beli Kanebo Cosmetics Bisa Dapat Hampers dan Voucher Gratis!
Konvensi ini mendefinisikan genosida sebagai tindakan pembunuhan dengan tujuan memusnahkan kelompok etnis tertentu.
Untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat diperbaiki untuk sementara waktu, Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk mengambil tindakan sementara.
Israel wajib melaporkan tindakan apa yang telah diambilnya dalam waktu satu bulan.
Perintah tersebut mengikat secara hukum bagi semua pihak yang terlibat.
Menanggapi keputusan Mahkamah Internasional, Benjamin Netanyahu menyatakan komitmennya untuk memperluas bantuan kemanusiaan di Gaza namun juga berjanji untuk melanjutkan serangan.
Sementara itu, pertempuran terus terjadi di jalur Gaza dan telah menewaskan lebih dari 26 ribu warga sipil.
Baca Juga: Menelan Dana hingga Rp56,8 Miliar, Pembangunan Bendungan di Sabang Ini Memakan Waktu Selama 15 Tahun
Baru-baru ini, Israel memerintahkan evakuasi baru untuk lingkungan di bagian barat Kota Gaza di mana 88.000 warga Palestina tinggal di tempat penampungan.
Daerah tersebut, termasuk kamp Pengungsi Ash Shati, adalah rumah bagi hampir 300.000 warga Palestina.
Selain itu, penduduk di bagian barat Kota Gaza diperintahkan untuk mengungsi ke selatan.
Sementara sebagian besar warga Palestina meninggalkan Khan Younis dalam beberapa hari terakhir dan kondisi penuh sesak di Rafah.***