

inNalar.com – Salah satu sekolah di Swiss menjadi salah satu yang termahal di dunia.
Sekolah asrama di Swiss tersebut dikenal dengan nama Institut Le Rosey.
Berjenjang sekolah menengah atas, sekolah ini berfokus pada pembelajaran seumur hidup.
Menjadi sekolah termahal di Swiss, biaya SPP tahunan di sekolah ini mencapai 56.000 USD hingga 65.000 USD atau setara Rp907 juta hingga Rp1 miliar.
Belum lagi biaya asramanya yang dipatok harga 115.000 USD hingga 167.000 USD atau setara Rp1,8 miliar hingga Rp2,7 miliar.
Dengan biaya fantastis tersebut, sekolah ini dikenal sebagai ‘sekolah para raja’.
Bahkan, diketahui bahwa para siswa Le Rosey adalah anggota elit global karena kekayaannya.
Kini, sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1880 ini telah menampung lebih dari 400 siswa.
Sekolah ini didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan bakat semua warga Rosean melalui program akademik, olahraga, dan seni.
Selain itu, Le Rosey termasuk dalam Indeks Sekolah dari 150 sekolah swasta terbaik dunia.
Sekolah menawarkan pendidikan bilingual dan bikultural yang menuntut dengan bahasa pengantar Perancis atau Inggris tergantung pada program akademik siswa.
Namun, siswa dapat mengambil banyak kelas bahasa selama berada di Le Rosey.
Siswa dapat mengikuti International Baccalaureate , program pendidikan pra-universitas yang paling dikenal luas.
Tak hanya itu, siswa disana juga bisa mengikuti French Baccalaureate yang berorientasi pada bahasa Perancis.
Telah berdiri selama ratusan tahun, maka kualitas dari sekolah ini tidak perlu diragukan lagi.
Namun, pada tahun 2019 lalu, Le Rosey terlibat kasus hukum dengan orang tua siswa.
Kasus hukum tersebut melibatkan Le Rosey dengan orang tua miliader Radhika dan Pankaj Oswal.
Mereka menyatakan bahwa standar sekolah telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa sekarang sekolah tersebut dengan cepat hanya menjadi tempat bermain bagi siswa kaya untuk berbuat sesuka mereka.
Mereka juga mengklaim bahwa sekolah tersebut gagal melindungi putri mereka dari “ejekan dan ejekan” oleh teman sekolah tentang etnisitasnya.
Meski begitu, sekolah ini mampu melewati masalah tersebut, meski masih menjadi catatan di dunia pendidikan di Swiss.***