

InNalar.com – Desa Randegan di Sidoarjo mempunyai mitos yang dipercayai masyarakat apabila menjual rujak uleg akan mendapatkan bala (sial).
Masyarakat desa Randegan Sidoarjo percaya jika melanggar mitos yang diwariskan secara turun temurun, akan berdampak buruk bisa jadi membawa sial. Faktanya orang yang menjual rujak uleg ataupun masih laris di kalangan masyarakat sekitar.
Mitos unik yang berkembang di Desa Randegan Sidoarjo dengan tidak boleh berjualan rujak uleg ataupun nasi membuktikan bagaimana secara historis, Indonesia pernah menjajaki masa dinamisme dan animisme, yakni percaya pada hal-hal ghaib.
Rujek uleg merupakan makanan tradisional khas Jawa Timur yang berisi aneka macam sayur-mayur, buah, ditambah siraman bumbu kacang dan petis.
Warga Randegan dapat berjualan barang, maupun makanan lain, asalkan bukan nasi dan rujak uleg. Konon ketika ada seseorang yang membeli nasi, baik nasi goreng maupun nasi tumpeng harus di niatkan membayar tenaganya bukan nasinya.
Selain itu seseorang yang memesan diharuskan membawa beras sendiri, dan tidak boleh menggunakan beras yang disediakan penjual.
Baca Juga: Gaji PNS 10 Juta per Bulan? Begini Tingginya Biaya Hidup di Pedalaman Papua, Bak Negeri Lain
Berdasarkan cerita warga sekitar, pernah ada seseorang yang menentang kepercayaan tersebut. Ia nekat berjualan nasi penyetan di Desa Randegan sementara warga sudah memperingatinya.
Selang beberapa waktu penjualnya dikabarkan meninggal dunia. Keluarga dan saudaranya tentu tidak mau meneruskan usaha Almarhum, khawatir punya nasib yang sama.
Nah itu mungkin hanya sepenggal cerita dari banyak kejadian yang sudah terjadi, warga sekitar juga meyakini banyak hal buruk yang sudah terjadi, seperti si penjual terus mendapatkan sial, kecelakaan, hingga meninggal dunia.
Jika kita telusuri dari arah Tulangan ke Tanggulangin, di sekitar jalan raya akan kita temukan banyak sentra wisata maupun kuliner yang cukup populer. Tetapi jangan harap menemukan warung makan di sepanjang perjalanan Desa Randegan.
Rupanya mitos tersebut sudah ada sejak lama, terhitung sebelum lahirnya Kepala Desa Randegan Syamsoel Halim. Beliau mengatakan jika penduduk asli Desa Randegan, tidak ada yang menentang pantangan tersebut, bahkan warga pendatang juga menghargai mitos tersebut.
Pantangan tersebut hingga saat ini masih dilestarikan warga sekitar, mengingat warisan luhur, dan diyakini secara turun temurun. Jika ada masyarakat yang berjualan nasi dan rujek ulek, warga senantiasa mengingatkan satu sama lain.
Tidak jarang aparat desa juga turut andil dalam hal mengingatkan warganya agar tidak menjual yang sejenis dengan nasi ataupun rujak ulek, hal ini dikarenakan mitos tersebut sudah dipercayai turun temurun oleh warga.
Syamsoel Halim menyatakan tidak ada masyarakat yang berani melanggar, karena banyak kejadian yang menunjukkan bahwa pantangan itu emang nyata adanya.
Hingga saat ini jika kita berkunjung ke Desa Randegan di Sidoarjo, dipastikan akan kesulitan dalam mencari tempat makan, jadi jika sedang berada di Desa Randegan pastikan untuk tidak kelaparan di tengah malam. ***