

inNalar.com – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto telah Kembali pulang ke tanah air setelah kunjungan luar negeri ke beberapa negara.
Perlu diketahui, Presiden Prabowo memulai rangkaian kunjungan luar negerinya dengan perjalanan ke China pada 8 November, dilanjutkan ke Amerika Serikat pada 11 November, kemudian ke Peru pada 14 November, dan Rio de Janeiro, Brasil pada 18 November.
Selanjutnya, Presiden Prabowo menyampaikan rencananya untuk melanjutkan kunjungan kerja ke London, serta mempertimbangkan mampir ke Timur Tengah jika waktunya memungkinkan.
Baca Juga: Tuai Polemik, Pemerintah RI Tegaskan Izin Keruk Pasir Fokusnya Bukan Ekspor Tapi ‘Bersihkan’ Laut
Kunjangan luar negeri Prabowo membawa misi untuk memperbaiki ekonomi di dalam negeri
Presiden tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Minggu, 24 November 2024, pukul 05.30 WIB, setelah menyelesaikan kunjungan ke enam negara yang berlangsung selama sekitar dua minggu.
Melalui seluruh rangkaian kunjungan kenegaraannya, Presiden berhasil membawa berbagai peluang investasi untuk Indonesia serta menjalin kerja sama di berbagai sektor, termasuk ketahanan pangan, gizi, kesehatan, teknologi, dan energi, yang diharapkan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Dari kunjungan selama dua pekan terakhir, Presiden Prabowo berhasil membawa komitmen investasi dengan total nilai sebesar USD 18,5 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 249,15 triliun (dengan kurs Rp 15.900).
Kunjungan ke China menciptakan komitmen investasi sebesar USD 10,07 miliar atau sekitar Rp175,5 Triliun untuk Indonesia.
Dana investasi ini akan disalurkan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok ke berbagai sektor, termasuk kesehatan, bioteknologi, manufaktur, energi terbarukan, ketahanan pangan, dan keuangan yang ada di Indonesia.
Baca Juga: Alasan Ekspor Pasir Laut Dilarang Selama 20 Tahun Meski Indonesia Cuan Rp 200 Triliun
Kemudian, selama kunjungannya ke Inggris, Presiden berhasil memperoleh komitmen investasi senilai USD 8,5 miliar atau sekitar Rp 135,2 triliun.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden juga bertemu dengan 19 pemimpin perusahaan besar Inggris untuk membahas peluang investasi strategis di Indonesia.
Lalu, Amerika Serikat dan Indonesia sepakat untuk mempererat kerja sama di masa depan dalam sektor perdagangan dan pertanian, serta berencana menandatangani Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi pada tahun 2025.
Baca Juga: Kontroversi Kebijakan Ekspor Pasir Laut: DPR Sebut Kemiskinan RI Bakal ‘Gali Lubang Tutup Lubang’
Berdasarkan keterangan resmi di laman White House, Amerika Serikat berharap dapat memperluas hubungan yang sudah terjalin kuat, khususnya di bidang perdagangan dan pertanian, yang mencatat nilai perdagangan dua arah sebesar USD 7 miliar atau sekitar Rp 111,6 Triliun pada tahun 2023.
Selain itu, kedua negara sepakat untuk mempercepat implementasi kemitraan transisi energi yang adil (Just Energy Transition Partnership/JETP) serta pengembangan rantai pasok mineral.
JETP sendiri adalah sebuah program pendanaan yang diinisiasi oleh kelompok negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman.
Dalam pertemuan dengan Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), Presiden Uni Emirat Arab (UEA), kedua pemimpin sepakat untuk memperkuat hubungan ekonomi dan memperluas kerja sama strategis antara UEA dan Indonesia.
MBZ menyambut baik kunjungan Presiden Prabowo beserta delegasi ke UEA dan juga menyoroti berbagai pencapaian signifikan dalam kerja sama antara UEA dan Indonesia.
Salah satunya adalah pertumbuhan perdagangan nonmigas yang mencapai 12 persen pada tahun 2023, dengan nilai sekitar USD 4,6 miliar atau setara dengan Rp75,49 Triliun.
Ia optimis bahwa target perdagangan sebesar USD 10 miliar dapat tercapai melalui implementasi perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif serta penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral. Optimisme ini didasari oleh komitmen pemerintah terhadap tata kelola yang bersih dan efisien.
Selain itu, UEA dan Indonesia telah membangun kolaborasi di berbagai sektor strategis, termasuk energi terbarukan, aksi iklim, kecerdasan buatan, pendidikan, dan ketahanan pangan. Presiden Prabowo juga mengungkapkan minat Indonesia untuk belajar dari UEA dalam memperbesar Sovereign Wealth Fund, yaitu Indonesia Investment Authority (INA).
Sementara itu, dalam kunjungannya ke Peru, Presiden Prabowo menghadiri KTT APEC dan mengadakan pertemuan bilateral dengan beberapa pemimpin negara. Salah satu hasil penting adalah penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) terkait bebas visa antara Indonesia dan Peru, serta rencana pengembangan kerja sama ekonomi lainnya.
Di Brasil, Indonesia dan Brasil menyepakati kerja sama senilai USD 2,8 miliar atau sekitar Rp 44,4 triliun. Kesepakatan ini mencakup berbagai sektor, seperti keuangan, teknologi digital, pertambangan, energi, peternakan, dan industri dirgantara. *** (Muhammad Yusuf Saputra)