

inNalar.com – Tragedi menyayat hati terjadi di Semarang. Seorang siswa kelas XI SMK Negeri 4 Semarang berinisial GRO, yang juga merupakan anggota Paskibra, meninggal dunia diduga akibat ditembak oleh seorang aparat polisi.
Sebelum meninggal dunia, GRO sempat dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP dr. Kariadi Semarang yang menjadi tempat penanganannya, namun, sangat disayangkan, nyawanya tidak berhasil diselamatkan.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Dwi Subagio, mengonfirmasi pada Senin, 25 November 2024 bahwa peristiwa tersebut benar dan sudah ditangani oleh Polrestabes.
Baca Juga: Pengakuan Suster Baim Wong Soal Kenzo dan Kiano Ogah Bertemu Paula Verhoeven
Menurut para saksi yang ada di lokasi kejadian, insiden ini bermula ketika kendaraan yang digunakan korban bersenggolan dengan kendaraan yang diduga milik seorang polisi.
Dalam kejadian tersebut, GRO tertembak di pinggul, sedangkan temannya mengalami luka tembak di tangan namun berhasil selamat.
Kematian ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar terkait profesionalisme aparat keamanan.
Baca Juga: Seleksi PPPK 2024 Ketat! Menpan RB Bocorkan Kriteria Honorer yang Pasti Diangkat Jadi ASN
Hingga kini, kepolisian terus menyelidiki kasus ini, termasuk memeriksa saksi-saksi untuk memastikan kronologi dan motif di balik penembakan.
Publik berharap pihak berwenang memberikan transparansi dalam penyelidikan. Dukungan hukum dan psikologis bagi keluarga korban juga harus menjadi prioritas, agar mereka mendapatkan keadilan.
Tragedi ini memicu perhatian luas, khususnya terkait tindakan oknum aparat yang dianggap melampaui batas.
Baca Juga: Resmi! Ini Jadwal Libur Pilkada 27 November 2024 yang Telah Ditetapkan Pemerintah
Reaksi masyarakat luas sangat beragam. Aktivis HAM, organisasi kepemudaan, hingga tokoh masyarakat menyerukan agar pelaku diadili sesuai hukum yang berlaku.
Mereka juga meminta pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan kekerasan oleh aparat.
Peristiwa ini menjadi tantangan bagi institusi kepolisian untuk membuktikan komitmennya dalam menegakkan keadilan.
Publik menunggu langkah tegas dan sanksi yang sesuai terhadap pelaku agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.
Harapan publik adalah keadilan benar-benar ditegakkan, dan kejadian ini menjadi pelajaran penting untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
Kejadian ini mengingatkan bahwa seharusnya tugas aparat adalah melindungi, bukan justru membahayakan masyarakat.
Selain itu, ini juga menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan terhadap tindakan aparat agar tidak menimbulkan korban jiwa, terutama di kalangan masyarakat muda.
Pastikan tidak ada nyawa yang hilang karena tindakan yang tidak bertanggung jawab.
Keprihatinan atas insiden ini juga harus mendorong reformasi dalam institusi keamanan. Peningkatan pelatihan untuk pengendalian diri, terutama dalam situasi konflik, menjadi sangat mendesak.
Aparat perlu memahami bahwa tindakan yang tidak proporsional tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mengancam hubungan antara masyarakat dan penegak hukum.***(Valencia Amadhea Christiyadi)