Miliki Cadangan Nikel 74,79 Juta WMT, Pertambangan di Halmahera Timur Ini Bikin Warga Unjuk Rasa ke Jakarta, Apa Masalahnya?

inNalar.com – Halmahera Timur merupakan kabupaten di Maluku Utara yang dikenal dengan julukan Kota Tambang.

Julukan tersebut disematkan kepada Halmahera Timur bukan tanpa alasan.

Pasalnya Halmahera Timur memiliki potensi tambang terbesar dan tersebar di beberapa wilayah.

Baca Juga: Potensi Kebutuhan Gas Capai 45 BBTUD, PGN Gandeng PT Kimong Guna Perluas Pasar di Sulawesi Utara, Mampu Tarik Investor Gas Bumi?

Potensi tambang yang bisa ditemukan di daerah ini diantaranya Nikel, magnesit, kromit, dan lainnya.

Untuk bijih nikel sendiri, jumlah cadangan terbuktinya mencapai 74,79 juta wet metric ton (wmt).

Salah satu perusahaan yang mengeruk bijih nikel di Halmahera Timur adalah PT Aneka Tamban tbk.

Baca Juga: Sumber Daya Capai 5,5 Juta Ons, Tambang 9.817 Ha di Minahasa Utara Ternyata Dikuasai Produsen Emas Murni Terbesar Kedua Se-Asia Tenggara, Siapa?

Dilansir inNalar.com dari antam.com, aktivitas penambangan bijih nikel perusahaan ini dilakukan secara selective mining.

Mereka menggunakan metode penambangan terbka yang menghasilkan bijih nikel kadar tinggi dan rendah.

Meskipun begitu, pertambangan di Halmahera Timur ini menimbulkan permasalahan.

Baca Juga: Kementerian ESDM Gandeng Venezuela Sepakati MoU di Bidang Minyak dan Gas Bumi, Siap Akuisisi Blok Migas di Luar Negeri?

Pada Desember 2023 lalu, masyarakat yang terdiri dari warga dan pelajar asal Halmahera Timur melakukan protes dan berunjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta Pusat.

Aksi unjuk rasa tersebut akibat dari dampak lingkungan dan sosial dari industri tambang di Pulau Halmahera.

Dalam unjuk rasa tersebut, masyarakat menyampaikan 5 poin tuntutan.

Baca Juga: Serap Investasi Sebesar Rp2,58 Triliun, Pembangunan SPAM di Jawa Timur Ini Dipantau Terkait Masalah Sosial

Eksploitasi di sana memicu kerusakan di daratan dan perairan Halmahera.

Misalnya, akibat tambang tersebut terjadi penumpukan sedimen limbag di pesisir pantai.

Terjadi pula Pencemaran sungai Sagea di Halmahera Tengah dan penggusuran warga di Pulau Obi, Halmahera Selatan.

Selain itu, kesehatan masyarakat sekitar disana juga terancam, bahkan memicu adanya kemiskinan terstruktur.***

Rekomendasi