Merugi Rp3.400 Triliun Gegara Tsunami, Jepang Gercep Bangun Tanggul Laut Raksasa Terkuat di Dunia

inNalar.com – Sebagai negara yang sering dilanda gempa bumi, potensi tsunami juga akan meningkat. Oleh karena itu, Jepang membangun tanggul laut raksasa sebagai tindakan preventif.

Tsunami yang melanda Jepang pada 2011 lalu menyebabkan dampak yang luar biasa, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi.

Bencana ini bukan hanya mengakibatkan lebih dari 18.000 korban jiwa, tetapi juga menghancurkan infrastruktur utama, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima.

Baca Juga: Dewan Pers: BRI Fellowship Journalism 2025 Langkah Konkret BRI Tingkatkan Kompetensi Jurnalis Indonesia

Pemerintah Jepang memperkirakan kerugian ekonomi akibat tsunami tersebut mencapai sekitar 3.400 triliun rupiah.

Mengingat besarnya risiko yang dihadapi, negeri sakura ini memutuskan untuk membangun tanggul laut raksasa yang diklaim sebagai tembok laut terkuat dan terpanjang di dunia.

Tanggul ini dirancang dengan ketinggian hingga 15 meter dan membentang sepanjang 400km.

Baca Juga: Maraknya Serbuan Barang Ilegal, Pelabuhan Strategis Papua Ini Dibidik RI Jadi Gerbang Impor Indonesia Timur

Sebelumnya, Jepang sudah mempunyai tanggul serupa, namun hanya mampu menahan gelombang setinggi 8 meter.

Namun tanggul tersebut hancur ketika tsunami terjadi tahun 2011. Saat itu diketahui ketinggian gelombang tsunami mencapai 12 hingga 15 meter.

Biaya yang digelontorkan demi realisasi tanggul ini adalah Rp138,8 triliun rupiah. Harga ini dianggap sepadan mengingat kerugian yang diakibatkan tsunami akan jauh lebih besar.

Baca Juga: Terapung di Atas Laut, Jalan Tol Kebanggaan Bali Sepanjang 12,7 KM Ini Masuk Daftar Tol Terpanjang di Dunia

Pembangunan tanggul laut raksasa ini bukanlah proses yang mudah. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk melakukan perencanaan, studi, dan konstruksi yang kompleks.

Meskipun terlihat menjanjikan, sempat terjadi kontroversi saat masa pembangunan sedang berlangsung.

Seperti yang terjadi di Tohoku yang tuai kritik karena dianggap tidak ramah lingkungan, dan mengabaikan solusi alami seperti penggunaan mangrove.

Baca Juga: Tenggak Biaya Rp4 Triliun per Kilometer, Tol Bawah Laut Pertama RI di IKN Diprediksi Peras Dana Super Jumbo

Meskipun demikian, pemerintah Jepang tetap melanjutkan pembangunan tanggul ini sebagai salah satu cara melindungi kehidupan dan aset masyarakat pesisir.

Sebagai negara yang kerap mengalami gempa dan tsunami, memahami bahwa mitigasi bencana bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan.

Bagi Jepang, proyek ini bukan hanya sebagai langkah untuk mengurangi risiko bencana di masa mendatang.

Baca Juga: Kucurkan Biaya Rp772,9 Miliar, Jembatan Merah Putih Hubungkan 2 Desa Wisata Percontohan di Kota Ambon

Namun juga merupakan investasi jangka panjang untuk memastikan stabilitas dan keamanan warga negara mereka.

Tanggul laut raksasa ini menjadi simbol ketahanan Jepang dalam menghadapi bencana alam.

Proyek ini juga menarik perhatian dunia, terutama negara-negara yang rentan terhadap tsunami. Seperti Indonesia yang cukup sering terjadi gempa bumi.***(Muhammad Arif)

 

Rekomendasi