Mengintip Uniknya Suku Hongana Manyawa di Hutan Halmahera, Kian Terancam dengan Hadirnya Tambang Nikel?


inNalar.com – Hongana Manyawa merupakan komunitas adat yang mendiami hutan hujan Halmahera, Maluku Utara. Diketahui, Hongana Manyawa yang dalam bahasa lokal berarti orang hutan.

Mereka adalah penghuni sekaligus penjelajah hutan yang cerdas dengan segudang keahlian untuk dapat bertahan hidup.

Lalu, bagaimana kehidupan masyarakat suku Hongana Manyawa dan kondisinya saat ini? simak selengkapnya berikut ini.

Baca Juga: Pasca Anwar Usman Terbukti Lakukan Pelanggaran Kode Etik Berat, Mahfud MD Kini Mengaku Bangga Lagi dengan MK

Mengenal Suku Hongana Manyawa 

Menurut Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA), luas wilayah yang didiami oleh suku Hongana Manyawa sebesar 27.711 Ha dengan jumlah penduduk pria maupun wanita mencapai sekitar 855 dan 741.

Melansir dari YouTube KabarPedia, Secara umum terdapat 3 kelompok yaitu menetap, nomaden dan menetap sementara.

Kelompok pertama, mereka telah hidup menetap dan mendapatkan hak-hak dasar seperti sekolah, kesehatan dan pelayanan lainnya.

Baca Juga: Ditarget Rampung Akhir 2023, Tol Solo-Jogja Bakal Jadi Jalur Konektivitas Segitiga Emas Sektor Pariwisata

Kelompok kedua, mereka yang menjalani hidup dengan cara tradisional dan menerapkan pola hidup berpindah-pindah.

Kelompok ketiga, mereka menetap sementara di suatu kawasan dalam rentang waktu 1-2 tahun.

Hongana Manyawa memberikan seluruh hidupnya pada hutan sejak mereka lahir hingga menemui ajalnya.

Baca Juga: Nasib Anwar Usman Usai Putusan MKMK Dibacakan: Ketua MK Terbukti Lakukan Pelanggaran Berat!

Ketika seseorang dari Hongana Manyawa dilahirkan, maka keluarga akan menanam sebuah pohon sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang maha kuasa, kemudian mengubur tali pusar di bawahnya.

Penghormatan Hongana Manyawa terhadap pohon dapat dilihat dari cara mereka membangun rumah.

Dengan menggunakan cabang pohon dan dedaunan tapa harus menebangnya terlebih dahulu.

Menariknya, ketika harus menggunakan hasil hutan seperti pohon maka mereka akan membuat ritual khusus untuk meminta izin pada tanaman.

Hongana Manyawa ternyata dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari masih dilakukan secara tradisional yaitu dengan berburu dan meramu.

Biasanya, mereka akan berburu babi hutan, rusa dan hewan lainnya tanpa menggangu hubungannya dengan pohon.

Sebagai kaum nomaden mereka mendirikan rumah tenda pada salah satu bagian hutan hujan halmahera sebelum berpindah ke tempat yang lain.

Pada akhir tahun 1970-an hingga awal tahun 1990-an wabah penyakit mempengaruhi desa-desa yang baru saja menetap dan menyebabkan penderitaan secara luas.

Sehingga masyarakat Hongana Manyawa memilih membatasi diri dengan orang luar.

Hongana Manyawa vs Tambang Nikel

Kehidupan Hongana Manyawa memang tidak dapat dipisahkan dengan hutan Halmahera.

Sayangnya, pilihan hidup ini membuat stigma buruk dan terancam atas kehadiran tambang perusahaan nikel.

Mereka kerapkali diasumsikan sebagai pelaku kejahatan terutama saat pekerja tambang mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan.

Beberapa tahun terakhir, Hongana Manyawa berada dalam situasi terancam. Terbaru, ada sebuah video berupa aksi suku Hongana Manyawa yang menghadang alat berat berupa buldoser dari perusahaan tambang nikel telah viral di media sosial.

Ini menjadi bukti bahwa rumah dan sumber makanan pokok masyarakat Hongana Manyawa seiring berjalannya waktu semakin dihancurkan oleh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tambang nikel.

Sedangkan, sungai yang menyediakan air minum harus tercemar oleh limpasan air tambang.

Sementara itu, serat rotan yang digunakan untuk membuat pakaian semakin sulit untuk ditemukan di kawasan hutan Halmahera ini.

Begitupun dengan pohon penghasil getah damar yang dimanfaatkan oleh masyarakat Hongana Manyawa sebagai obor juga telah dilenyapkan. ***

 

 

Rekomendasi