Mengenal Kesetaraan Gender di Indonesia hingga Munculnya Budaya Patriaki di Kalangan Masyarakat

inNalar.com – Berbicara mengenai kesetaraan gender memang tidak ada habisnya untuk dikupas karena berhubungan dengan budaya masyarakat. 

Makna kesetaraan gender berarti pembentukan peran, norma serta perilaku dalam masyarakat untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam sosial dan budaya. 

Laki-laki diharuskan memiliki sifat maskulin, sedangkan perempuan diharuskan feminim.

Baca Juga: Viral! Remaja 14 Tahun Jadi Tersangka Penembakan Massal di Bangkok Thailand, 2 Korban Meninggal Dunia

Bagi mereka yang dianggap melenceng atau tidak sesuai dengan identitas tersebut akan didiskriminasi oleh masyarakat sekitar.

Hal ini kemudian berkembang menjadi sebuah budaya yang dinamakan budaya patriarki, lantas apa yang dimaksud dengan patriarki? 

Menurut KBBI, patriarki berarti perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu.

Baca Juga: Beroperasi Sejak 2018, Bandara di Samarinda Kalimantan Timur Ini Jadi Gerbang Udara Ganda ke IKN, Namanya…

Contoh yang masih berkembang dalam budaya Indonesia adalah setelah menikah, perempuan hanya menjadi “objek” yang diharuskan memiliki keturunan dan melakukan pekerjaan rumah.

Sedangkan laki-laki dianggap menjadi pengendali dan pemegang kekuasaan yang mendominasi struktur tatanan masyarakat, seperti pendidikan, ekonomi, politik, dan lainnya.

Budaya patriarki di indonesia sudah berkembang sejak ratusan tahun lalu.

Baca Juga: Viral! Momen Lucu Bapak-bapak Naik Motor Dikejar Kerbau Lepas di Pondok Aren Tangerang, Netizen: Salah Apa?

Pada masa Penjajahan Belanda dan Jepang, perempuan hanya dijadikan budak seks bagi tentara-tentara meraka yang sedang bertugas di Indonesia.

Maka pada zaman itu muncullah peraturan bahwa perempuan dilarang mengenyam bangku pendidikan kecuali priyayi dan bangsawan

Berdasarkan budaya tersebut kemudian secara tak langsung muncul permasalah lain yaitu kekerasan seksual.

Indonesia sendiri kerap mencatat angka kekerasan seksual dari tahun ke tahun terus meningkat.

Kekerasan seksual ini kemudian bekembang menjadi pelecehan seksual yang mengarah pada pemerkosaan, percabulan dan pelecehan dalam bentuk verbal maupun fisik.

Dilansir dari Jurnal Studi Kultural, dampak lain yang terbawa oleh konstruksi patriarki adalah domestikasi gender.

Pada konteks domestikasi gender ini laki-laki disematkan dalam status kepala rumah tangga setelah menikah yang bertanggung jawab penuh atas kebutuhan rumah tangga, sementara perempuan terbatasi oleh lingkup domestik seperti mengasuh, melayani dan merawat rumah tangga. ***

 

Rekomendasi