

inNalar.com – Pada tahun 2016, Mirna Salihin tewas akibat minum kopi berisi sianida yang dimasukkan oleh temannya sendiri, Jessica Wongso.
Tetapi, pernyataan berbeda diungkap oleh seorang saksi ahli forensik bahwa penyebab kematian Mirna Salihin bukanlah sianida.
Dia adalah dr. Djaja Surya Atmadja. Namanya melambung di berbagai berita dan media sosial karena kesaksiannya tersebut.
Baca Juga: Reza Indragiri: Kasus Jessica Wongso Jadi Jembatan Perbaikan Penegakkan Hukum Indonesia yang Kumuh!
Bahkan, ia pernah menghadiri sejumlah acara talk show hingga podcast.
dr. Djaja Surya Atmadja diketahui berprofesi sebagai dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Forensik jenjang lektor.
Ia menempuh pendidikan hingga S3 di dalam maupun luar negeri. Dokter Djaja menempuh kuliah S1 di FKUI pada 1980-1986.
Masih dengan almamater yang sama, pria kelahiran 1960 itu mengambil program magister ahli patologi forensik mulai 1987-1990.
Tak tanggung-tanggung, ia juga mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Hukum pada 1984-2001.
Di sela-sela kuliah hukum, dr. Djaja Surya Atmadja berkuliah S3 di Kobe University, Jepang dan berhasil meraih gelar Ph.D.
Baca Juga: Badai PHK Tembus 46.000! Kemiskinan Paling Mencekik di Jawa Timur Bukan di Surabaya, Melainkan…
Untuk menunjang kemampuannya, dokter Djaja mengambil kursus terkait kedokteran forensik klinis di National School of Public Health, Utrect, Belanda.
Dokter forensik DNA pertama di Indonesia ini menguasai sejumlah keahlian, seperti epidemiologi, kesehatan masyarakat, statistika, dan masih banyak lagi.
Sebelum mengajar di UI, dr. Djaja sempat menjadi dosen di Universitas Pancasila yang mengampu program studi ilmu kedokteran forensik dan hukum kesehatan pada tahun 1990-2001.
Saat ini, ia juga aktif menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Katolik Atma Jaya.
Beberapa organisasi yang diikuti dr. Djaja Surya Atmadja antara lain:
a. Ikatan Dokter Indonesia;
b. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia;
c. Indo Pacific Association of Law, Medicine and Science (INPALMS);
d. International Academy of Legal Medicine (IOM).
Baca Juga: Nama Han So Hee Ikut Terseret Usai Berita Penangkapan Sang Ibu, Diduga Terlibat Perjudian Ilegal
Dalam persidangan tahun lalu, dokter Djaja mengungkapkan hasil pemeriksaan Mirna Salihin sebelum mayatnya diawetkan.
Jumlah sianida yang ada di dalam lambung Mirna sangat sedikit dan tidak ada zat tersebut di organ hati dan urine.
Umumnya, senyawa dari karbon dan nitrogen itu didetoksifikasi menjadi tiosanat apabila masuk ke dalam tubuh, tetapi hasilnya nihil.
dr. Djaja Surya Atmadja dijuluki sebagai ahli racun bukan tanpa sebab.
Ia bisa mencium aroma khas sianida berjumlah 1 miligram per liter.
Namun, lagi-lagi bau almond pahit tidak ditemukan di dalam mayat Mirna.
Menurutnya, kadar sianida yang ada di lambung jenazah berasal dari pengaruh pengawetan atau pembusukan secara alami.***