Mengejutkan! Stunting Bikin Rata-rata IQ Orang Indonesia Tergolong Rendah se-Asia Tenggara? Begini Resikonya

inNalar.com – Indonesia menjadi negara yang memiliki rata-rata IQ terendah kedua se Asia Tenggara. Kok bisa?
 
Padahal Indonesia merupakan negara yang sangat luas namun faktanya sungguh memilukan. 
 
Sebenarnya banyak sekali variabel yang dapat mempengaruhi tingkat IQ seseorang.
 
 
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan IQ seseorang naik atau turun salah satunya stunting.
 
Seperti diketahui stunting menjadi masalah serius yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. 
 
Menurut data dari TP2AK, prevalensi stunting di Kabupaten Jember sebanyak 34,9 persen. Sementara itu, Situbondo masih berada sekitar 30,9 persen dan Bondowoso masih di angka 32 persen (SSGI 2022).
 
 
Faktanya, memang masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan gizi yang buruk. Di sini banyak dijumpai bekal anak-anak seperti nasi dengan lauk mie. 
 
Tentu itu tidak boleh dianggap sebagai masalah sepele dimana kebanyakan karbohidrat, sedikit protein dan sayur.
 
Akibatnya tinggi pada anak lebih pendek daripada orang-orang pada umumnya. 
 
 
Kondisi ini akan berdampak buruk untuk anak. Dalam jangka panjang, stunting dapat mengurangi kecerdasan dan prestasi belajar mereka. 
 
Bahkan diperkirakan di Indonesia sekitar 6 juta anak beresiko kehilangan 10 hingga 15 point IQ karena stunting. 
 
Selain itu, kemampuan bahasa juga perlu diperhatikan. Dimana orang Indonesia memiliki kemampuan berbahasa yang kurang bagus terutama bahasa Inggris.
 
Saat ini Indonesia menempati urutan ke – 81 dari 111 negara dalam perihal kemampuan berbahasa Inggris. 
 
Sedangkan banyak ditemukan buku mengenai pelajaran, alat komunikasi, pendidikan, bisnis dan teknologi yang disajikan dalam bahasa Inggris.
 
Tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa memang memberikan kita kemampuan berpikir dan berkomunikasi secara efektif. 
 
Lalu bagaimana solusinya untuk memperbaiki IQ pada anak?
 
Pertama, perbaikan gizi pada anak seperti dengan memberikan protein hewani, protein nabati, karbohidrat, sayur, buah-buahan atau susu. 
 
Kedua, perbaikan sistem pendidikan yang masih kacau balau seperti berubah-ubahnya kurikulum yang berlaku di sekolah, korupsi dan nepotisme.
 
Ketiga, pentingnya mulai untuk belajar bahasa Inggris. Sebab, ini menjadi salah satu skill yang wajib dimiliki.***

Rekomendasi